JAKARTA, INEWSBANDUNGRAYA - Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan atau Zulhas menepis soal pasokan dan kenaikan harga gandum yang bakal berefek kepada harga mi instan hingga tiga kali lipat.
Zulhas menjelaskan, harga mi yang naik sedikit itu karena harga gandum yang juga naik. Penyebabnya, negara-negara penghasil gandum seperti Australia, Kanada dan Amerika sempat gagal panen.
Selain itu, hal ini juga efek dari perang antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan gandum tidak bisa diekspor.
"Enggak naik, dulu kan gagal panennya seperti Australia, Kanada, Amerika, sekarang panennya sukses. Apalagi sekarang Ukraina sudah boleh jual," kata Mendag Zulhas di Jakarta, Jumat (12/8/2022).
Kendati demikian, hal itu tidak berlangsung lama sebab Presiden sudah melakukan diplomasi dengan negara-negara penghasil gandum tersebut. Sehingga dipastikan gandum akan melimpah dan bisa diekspor ke Indonesia. Dengan demikian, harga mi instan di dalam negeri tidak naik tiga kali lipat.
"Bapak Presiden (melakukan) diplomasi, sekarang barangnya keluar nih gandum. Sudah banyak membanjiri pasar, (apalagi) Australia panen raya, Kanada panen raya, Amerika panen raya, jadi gandum melimpah. Iya kemarin naik sedikit, tapi nanti trennya turun karena sekarang produknya berlebih," jelasnya.
Bahkan, Mendag memprediksi harga gandum secara global akan merangkak turun pada September 2022 mendatang.
Menurutnya, pernyataan Menteri Pertanian yang menyebut harga mi instan akan naik tiga kali lipat itu untuk menyemangati masyarakat agar mengonsumsi bahan pangan lainnya yang bisa menjadi subtitusi gandum, seperti singkong, sagu, dan sorgum.
"Itu saya kira Pak Menteri (Pertanian) menyemangati agar kita menggunakan singkong, atau tanaman-tanaman dalam negeri, itu semangatnya. Itu istilahnya dalam bahasa melayu bukan yang sebenarnya, kiasan," katanya.
"Jadi kalau mi, memang naik sedikit. Inflasi kita kan 4,9%, kira-kira segitu naiknya selama berapa bulan. Jadi kecil naiknya," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebut dampak perang antara Rusia - Ukraina terhadap rantai pasok bahan makanan mulai terasa di Indonesia.
Dia bahkan memproyeksi harga mi instan bakal naik hingga tiga kali lipat. Hal itu karena Indonesia bergantung pada impor komoditas gandum dari dua negara. Sehingga, kenaikan harga pangan berbasis impor tak bisa dihindari.
"Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya 3 kali lipat itu. Maafkan saya, saya bicara ekstrem saja ini," ujar Mentan dalam webinar bersama Ditjen Ditjen Tanaman Pangan, Senin (8/8/2022).
Mentan menjelaskan ketersediaan gandum dunia sebetulnya ada, namun adanya konflik global yang membuat masalah pada rantai pasok bakal membuat harga gandum menjadi mahal.
"Ada gandumnya, tetapi harganya akan mahal bangat, sementara kita impor terus ini. Kalau saya jelas tidak setuju, apapun kita makan saja, seperti singkong, sorgum, sagu," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait