5 Wisata Goa di Bandung, Punya Sejarah Kelam dan Angker

Rizal Fadillah
Goa Jepang, salah satu tempat wisata Goa di Bandung. (Foto: net)

BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA - Bandung memiliki segudang tempat wisata yang mesti dikunjungi, salah satunya adalah wisata Goa.

Di Bandung, wisata Goa Jepang dan Goa Belanda jadi yang paling terkenal dikalangan masyarakat. Banyak yang menilai, situs sejarah ini angker dan mengerikan.

Sebab, goa-goa tersebut merupakan saksi sejarah betapa kejamnya pemerintah Jepang dan Belanda pada masa penjajahan di Indonesia.

Namun, selain Goa Jepang dan Goa Belanda masih ada beberapa Goa lainnya yang ada di Bandung.

Bagi kalian yang akan berwisata Goa ke Bandung, berikut beberapa wisata Goa di Bandung yang cocok dikunjungi.

1. Goa Pawon, Padalarang

Goa Pawon merupakan salah satu situs bersejarah di Bandung yang menyimpan banyak fosil manusia purba di dalamnya. Beberapa fosil dari manusia purba tersebut diyakini merupakan nenek moyang dari suku Sunda.

Hingga saat ini, goa yang masih menyimpan beberapa kerangka manusia purba ini masih dijadikan objek penelitian oleh beberapa arkeolog.

Goa Pawon terletak di ketinggian 601 meter di atas permukaan laut. Dengan panjang goa yang mencapai 38 meter dan lebar kurang lebih 16 meter, ternyata menawarkan sebuah wisata sejarah yang sangat lengkap.

Anda tidak hanya dapat menemukan beberapa kerangka manusia purba saja, akan tetapi Anda juga bisa menemukan beberapa artefak seperti gerabak, perhiasan, spatula dan masih banyak yang lainnya.

2. Goa Sanghyang Tikoro, Cipatat.

Gua Sanghyang Tikoro berbentuk goa karts setinggi sekitar 2,5 m dengan lebar sekitar 10 meter. Lokasinya terletak diantara kecamatan rajamandala dan Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

Sanghyang tikoro bersebelahan dengan PLTA Saguling sekitar 17km dari pusat bendungan dan ada diwilayah turbin terakhir. Belum banyak wisatawan yang dateng kesini karna memang agak tersembunyi.

Selain itu, belum ada petunjuk khusus untuk bisa sampai ke tempat ini. Meski begitu, di tempat ini kalian bisa merasakan melihat langsung sungai bawah tanah Sanghyang Tikoro.

3. Goa Sanghyang Poek, Cipatat

Setelah Sanghyang Tikoro, kalian wajib ke Sanghyang Poek. Dibelakang Sanghyang Tikoro ada gua artistik yang dinamai Sanghyang Poek.

Untuk sampai ke Sanghyang Poek dari Sanghyang Tikoro cuma sekitar lima belas menit dengan berjalan kaki. 

Namun, tak ada arah penunjuk disini untuk bisa sampai ke Sanghyang Tikoro. Kalian harus menyusuri sungai dengan arah berlawanan dengan aliran sungai.

Gua ini memiliki ukuran landscape miring atau diagonal. Setelah masuk ke mulut gua, akan ada 3 lorong, lorong yang berada di tengah lah nantinya menuju Sanghyang Poek.

Disini, kalian bisa merasakan tetesan air langsung dari dinding gua dan basah oleh genangan air ditambah sensasi gelap didalam gua.

4. Goa Belanda, Ciburial Bandung

Goa Belanda, berjarak kurang lebih 1 kilometer dari pintu gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda melalui gerbang Dago Pakar. Goa Belanda ini didirikan pada tahun 1912 oleh kolonial Belanda. 

Awal mulanya Goa ini merupakan sebuah terowongan yang digunakan untuk menyadap aliran air sungai Cikapundung yang digunakan oleh PLTA Bengkok. Terowongan yang kini diebut Goa Belanda ini sendiri berdiri sepanjang 144 meter, dengan lebar 1,8 meter.

Dan untuk memperkuat kegiatan militer Belanda pada zamannya, dibangunlah jaringan goa sebanyak 15 lorong dan dua pintu masuk setinggi 3,2 meter. Luas pelataran yang digunakan untuk membangun Goa Belanda ini seluas 0,6 Ha dan luas seluruh Goa beserta lorongnya sekitar 548 meter.

Pada masa Perang Dunia ke II, Belanda memanfaatkan Goa Belanda ini sebagai station radio telekomunikasi Belanda. Sedangkan pada masa kemerdekaan, Goa Belanda ini dimanfaatkan oleh para pejuang Indonesia sebagai gudang mesiu.

5. Goa Jepang, Ciburial Bandung

Setelah terlepas dari penjajahan kolonial Belanda, di lokasi yang sama didirikan sebuah Goa oleh militer Jepang pada tahun 1942. Jarak Goa yang disebut Goa Jepang ini kurang lebih 600 meter dari pintu gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda melalui gerbang Dago Pakar. 

Goa ini didirikan oleh militer Jepang untuk dijadikan barak militer dan perlindungan. Jika pada Goa Belanda ditemukan sebanyak 15 lorong, di Goa Jepang anda akan menemukan 18 bunker yang masih dalam keadaan sama seperti aslinya. 

Bunker – bunker ini pun memiliki fungsi yang berbeda-beda, misalnya sebagai tempat pengintaian, tempat penembakan, ruang pertemuan, gudang dan dapur. Bunker-bunker ini dibangun dengan jarak berdekatan, sekitar 30 meter. Konon, untuk membangun Goa Jepang ini, militer Jepang memanfaatkan masyarakat Indonesia secara paksa atau kita kenal dengan Romusha.

Kondisi kedua Goa ini terlihat sangat berbeda. Jika Goa Belanda terlihat sudah kokoh dengan dinding yang disemen, Goa Jepang justru sebaliknya. Goa Jepang nampak dibiarkan seperti aslinya dan tidak mengalami renovasi, sedangkan Goa Belanda sudah dilakukan beberapa kali renovasi. 

Anda juga dapat melihat jika Goa Jepang belum selesai pembangunannya, karena ada beberapa bunker yang terlihat buntu. Dan pada Goa Belanda, akan menemukan instalasi listrik yang sudah ada sejak zaman dahulu, tepatnya ada di atap goa. Sedangkan pada Goa Jepang, tidak ditemukan instalasi listrik sama sekali.

Editor : Rizal Fadillah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network