Hari Pahlawan 2022: Siapa Sosok Robert Wolter Mongisidi yang Diceritakan Prabowo

Aqeela Zea
Pahlawan nasional, Robert Wolter Mongisidi. Foto: Twitter Prabowo Subianto

BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA - Para pahlawan nasional kembali banyak diulas di momen Hari Pahlawan 2022. Tak ketinggalan, Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto mengulas salah satu pahlawan nasional, Robert Wolter Mongisidi.

Lantas siapa dan bagaimana profil dari Robert Wolter Mongisidi? Berikut ulasan singkat mengenai biodata dan profil Wolter Mongisidi yang dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (11/10/2022).

Bernama lengkap Robert Wolter Mongisidi, pahlawan kelahiran 14 Februari 1925 ini lahir di Malalayang, Manado. Meskipun lahir jauh di timur Indonesia, Mongisidi tetap memperhatikan pendidikannya.

Tercatat dia pernah menempuh pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS), Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Sekolah Pertanian Jepang di Tomohon dan Sekolah Guru Bahasa Jepang.

Sejalan dengan pendidikan, kariernya juga tak jauh dari mengabdikan diri sebagai guru. Mongisidi sempat menjadi guru bahasa Jepang di Malalayang Liwutung dan Luwuk Banggai.

Seperti diketahui, Mongisidi tumbuh dalam budaya Bantik Minanga (Malalayang) yang begitu kental. Adat yang paling mendasar yakni Hinggilr'idang, Hintalr'unang dan Hintakinang.

Arti dari falsafah tersebut adalah berlaku kasih kepada sesama anggota keluarga, kepada sesama yang masih terikat dalam komunitas suku Bantik, serta bersifat dermawan kepada siapa pun terlepas dari suku maupun ikatan keluarga.

Semangat Mongisidi ikut terbakar dengan adanya falsafah itu menentang penjajahan. Berkat kepintaran dan keberaniannya, Mongisidi dipercaya memimpin pertempuran melawan Belanda. Dia juga bahkan menjadi sosok yang disegani.

Pada konferensi 1946, dibentuklah Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris). Wolter Monginsidi kala itu didapuk sebagai ketuanya.

28 Februari 1947, Mongisidi ditangkap oleh tentara Belanda, tetapi berhasil melarikan diri bersama Abdullah Hadade, HM Yosep serta Lewang Daeng Matari setelah hampir delapan bulan mendekam di tahanan. Sepuluh hari berselang, Mongisidi kembali tertangkap dan kali ini Belanda memvonisnya dengan hukuman mati.

Perjuangan Mongisidi tidak berhenti sampai di sana, tak lagi mampu berjuang secara fisik dalam pertempuran, Mongisidi menyuarakan semangat perjuangan lewat tulisan-tulisannya. Berikut ini beberapa tulisannya yang menginspirasi bahkan hingga saat ini.

Dalam Alkitab yang dipegang Mongisidi saat hukuman mati, terdapat tulisan "Setia Hingga Akhir di Dalam Keyakinan". Monginsidi meninggal di hadapan regu tembak pada hari eksekusinya tanggal 5 September 1949.

Penghargaan yang pernah diterima Mongisidi di antaranya Bintang Gerilya (tahun 1958), Bintang Maha Putera Kelas III (tahun 1960), dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 1973.

Editor : Zhafran Pramoedya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network