Kota Bandung Pasang Kuda-kuda Hadapi El Nino, Pasokan Bapok Jadi Sorotan

Aqeela Zea
Bahan makanan pokok di Kota Bandung masih andalkan pasokan luar daerah. Foto ilustrasi: Pixabay

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Cuaca ekstrem El Nino mulai dijadikan perhatian serius oleh Pemkot Bandung. Pasalnya, hampir 100 persen bahan makanan pokok (bapok) Kota Bandung dipasok dari luar daerah.

Hal itu disampaikan Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna saat rapat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terkait strategi pengendalian inflasi dan pemulihan ekonomi di Kota Bandung dalam menghadapi cuaca ekstrem El Nino terhadap neraca bahan pangan, Rabu (17/5/2023).

"Kita mengetahui secara persis mengenai pasokan. Kalau sudah kekeringan pasti ada hambatan, panen gagal dan lainnya. Maka dari itu distributor harus dipantau terus oleh kita,” kata Ema.

Oleh karenanya, Ema meminta untuk terus menjaga kelancaran distribusi dan memastikan pasokan barang tidak terhambat.

"Organisasi perangkat daerah (OPD) terkait seperti DKPP, Disdagin, termasuk Dishub harus memastikan tidak boleh ada hambatan pasokan pangan ke Kota Bandung," ungkap Ema.

Selain itu, hal yang harus diantisipasi dalam endemi ini adalah euforia. Sebab masyarakat sudah tidak lagi memperhatikan protokol kesehatan (prokes) yang tempo lalu sangat ketat untuk menjaga mobilitas manusia.

"Jangan-jangan ini pun harus kita antisipasi. Sebab, jika berbicara data pandemi, di Bandung belum selesai sebetulnya. Cuma kadarnya berada di bawah,” aku Ema.

Menurut Ema, positivity rate saat ini di Kota Bandung sekitar 8 persen. Padahal batas yang ditetapkan WHO adalah 5 persen.

"Ini ada ancaman masih tetap ada. Walaupun kita sekarang sudah dibebaskan dari status pandemi. Namun, karena kalau itu kembali berulang akan terjadi porak poranda lagi,” jelas Ema.

Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Setda Kota Bandung, Tubagus Agus Mulyadi memaparkan, perkembangan inflasi Kota Bandung pada April 2023 berada pada posisi paling rendah dibandingkan dengan 7 kota besar lain se-Jabar.

"Indeks harga konsumen (IHK) yaitu 0,32 persen dan 4,17 persen untuk year on year (YoY) dan merupakan inflasi yang terendah di Jawa barat. Kemudian penyumbang inflasi terbesar di Kota Bandung masih di kebutuhan komoditas daging ayam ras dengan bobot sebesar 0,03 persen," urai Tubagus.

Tubagus berpendapat, angka itu masih tinggi karena kurangnya pasokan dari para peternak pada saat libur Lebaran. Sehingga menghambat kelancaran distribusi pengiriman pasokan pangan ke Kota Bandung.

Tak hanya itu, lanjut dia, dalam menghadapi fenomena El Nino dan pasca pencabutan status Covid-19 oleh WHO diperlukan juga strategi yang bisa diimplementasikan oleh TPID untuk menjaga ketahanan pangan dan pengendalian inflasi di Kota Bandung.

"Peran aktif TPID dan sinergitas pengurusnya di Kota Bandung ini diharapkan mampu menjaga tren inflasi yang saat ini sudah membaik di kota Bandung," tandasnya.

Editor : Zhafran Pramoedya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network