Kisah Mantan Pengamen Sukses Mengumpulkan Omzet Jutaan Rupiah per Hari dari Jual Kopi di Bajaj

Heri Purnomo/Rivo
Pasangan suami istri, Ipan dan Dita, yang memiliki kedai kopi di dalam bajaj dengan nama Bajaj Kopi Street. Ipan menjual kopi di Jalan Teuku Umar, Bandung. Foto: Ist

BANDUNG, iNews.id - Saat ini, kedai kopi telah banyak ditemui di berbagai sudut kota-kota besar di Indonesia. Pemilik kedai kopi melakukan berbagai inovasi dengan menyediakan tempat-tempat yang unik.

Salah satunya adalah pasangan suami istri, Ipan dan Dita, yang memiliki kedai kopi di dalam bajaj dengan nama Bajaj Kopi Street. Ipan menjual kopi di Jalan Teuku Umar, Bandung. Ia berjualan mulai pukul 18.00 WIB sampai ia merasa lelah.

Omzet harian dari penjualan kopi tersebut mencapai Rp4 juta hingga Rp6 juta. Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Kepo Bisnis, Ipan menceritakan bahwa ide bisnis ini muncul karena ia memiliki bajaj yang sebelumnya hanya digunakan untuk bepergian saja.

Ipan dan Dita, pasangan suami istri yang memiliki usaha kedai kopi di dalam bajaj dengan nama Bajaj Kopi Street di Bandung, memikirkan cara agar mereka bisa nongkrong sambil mendapatkan penghasilan tambahan. Mereka memutuskan untuk mengubah bajaj tersebut menjadi food truck kopi.

Dalam memulai bisnisnya, Ipan melakukan riset tentang konsep berjualan kopi menggunakan bajaj di berbagai daerah. 

Selain itu, Ipan juga memiliki pengalaman sebagai pegawai di salah satu kedai kopi di wilayah Bandung. Pengalaman tersebut membantu Ipan memahami dunia kopi dan pelayanan pelanggan, serta mengumpulkan kebutuhan untuk usahanya.

"Dari uang tersebut, saya mengumpulkan modal untuk membeli perlengkapan kopi. Jadi saat mulai berjualan, semuanya sudah siap," kata Ipan.

Selama menjalankan bisnisnya, Ipan menghadapi masa di mana tidak ada pembeli sama sekali. Karena itu, ia mencari penghasilan tambahan dengan menjadi pengamen di jalan. 

Namun, dengan tekad yang kuat dan kepercayaan kepada Tuhan bahwa rejeki telah ditentukan, Ipan kembali bersemangat untuk mengembangkan usahanya.

"Namun, hampir saja bajaj ini berhenti beroperasi pada tahun kedua karena tidak ada pembeli, sehingga tidak ada uang. Setelah itu, saya mencari nafkah dengan mengamen. Dari situlah saya menyadari bahwa mencari uang itu sulit. Mengapa bajaj ini harus berhenti? Kemudian, saya bangkit lagi," ujarnya.

Kesulitan yang dialami oleh Ipan disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam mengatur keuntungan dari penjualan kopi. 

Ia mengakui bahwa dulu ketika mendapatkan uang, pikirannya hanya untuk bersenang-senang. Itulah sebabnya mengapa bisnisnya hampir berhenti, karena ia tidak memikirkan kelanjutan usahanya. 

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya konsistensi dalam berjualan dan tidak lupa berdoa.

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network