BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Jawa Barat memastikan seluruh wilayahnya akan merasakan dampak kekeringan akibat El Nino. Apalagi kekeringan yang terjadi diprediksi baru berakhir Januari 2024.
Adapun daerah paling rawan kekeringan berada di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jabar seperti Indramayu dan Karawang. Indramayu misalnya, luas lahannya mencapai 230.000 hektare.
"Mayoritas sawah (kekeringan di Indramayu). Kemudian Karawang, jadi memang kita fokus di daerah Pantura yang merupakan daerah rawan kekeringan," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPH Jabar, Yanti Hidayatun Zakiyah dalam acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (14/6/2023).
Yanti mengungkapan, berdasarkan data 10 tahun terakhir, jumlah lahan kekeringan di Jabar rata-rata seluas 32.000 hektar yang disebabkan oleh El Nino. Namun yang paling parah terjadi pada 2015 dan 2019, kekeringannya mencapai 95 ribu hektare.
"Tetapi rata-rata selama 10 tahun terakhir di 32 ribu hektare lahan kekeringan yang terjadi di Jabar yang diakibatkan El Nino," jelas Yanti.
Menurut Yanti, kekeringan bakal berdampak pada ketahanan pangan di Jabar. Maka dari itu, pihaknya sudah menerjunkan tim untuk memantau dampak kekeringan di berbagai wilayah khususnya daerah lumbung pangan.
Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk mempercepat waktu tanam selama curah hujan masih turun. Lalu, beralih tanam dengan varietas tanaman yang tahan kekeringan seperti kacang-kacangan dan umbi-umbian.
"Pertama kita melakukan percepatan tanan. Jadi sebetulnya sekarang ini masih karena ada sisa-sisa hujan. Jadi dilakukan percepatan tanam, kemudian yang kedua menggunakan varietas tahan kekeringan dan berumur pendek antara 85 - 95 hari. Seperti kacang tanah, kedelai, kacang hijau dan umbi-umbian," paparnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar, M Arifin Soendjayana memastikan stok kebutuhan pangan di 27 Kabupaten/Kota dalam kondisi aman untuk menghadapi dampak dari El Nino.
"Ada cadangan daerah, Provinsi punya 1.400 ton beras, jadi bisa digelontorkan, kalau dari satu kabupaten/kota itu defisit, kita moving saja dari satu Kabupaten dan kota lain," ujar Arifin.
Untuk memantau kebutuhan pangan di 27 Kota/Kabupaten, sambung Arifin, dapat dilihat melalui Sistem Informasi Pengawasan Pangan dan Gizi (Simawas Pagi).
"Nanti akan kelihatan daerah mana saja, misalnya dari sisi 11 komoditi itu, akan kelihatan kabupaten/kota mana saja yang hijau, kuning dan merah," katanya.
Selain ketersediaan, Arifin juga memastikan fluktuasi harga dari produsen ke konsumen tidak terlalu ekstrem.
"Pemprov sudah melakukan antisipasi keterjangkauan dari sisi harga bisa diantisipasi. Tak hanya DKPP, tapi dari pusat kabupaten/kota," jelasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait