BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Aksi unjuk rasa yang dilakukan ribuan mahasiswa di depan Gedung DPRD Jawa Barat pada Kamis (22/8/2024), dipastikan tidak ditunggangi kekuatan politik apa pun.
Begitu disampaikan salah satu orator yang juga mahasiswa asal Bandung, Syafika Sahla. Menurutnya, aksi unjuk rasa ini murni dari kekuatan dan kemarahan masyarakat atas kondisi bangsa saat ini.
"Ini benar-benar suara kita. Orang melihat, orang tertarik, orang datang, tidak ada kita membuat perjanjian, mengeluarkan budget sekian, apalagi dibayar oleh siapa, tidak ada," ucap Sahla.
Sahla mengatakan, aksi demonstrasi yang dilakukan hari ini merupakan wujud dari aspirasi rakyat. Karana itu, pihaknya meminta aspirasi massa yang menolak revisi Undang-Undang Pilkada ini harus didengar oleh DPR RI.
"Aspirasi kita sebagai masyarakat, sebagai mahasiswa, sebagai instansi-instansi yang telah hadir di sini didengarkan, itu sangat penting," ujarnya.
"Suara masyarakat adalah suara ‘Tuhan’, jikalau mereka (DPR) tidak mendengarkan apakah betul ‘Tuhan’ itu kita sebagai masyarakat? Lalu terpilihnya DPR atas suara kita, mana buktinya? Mana janjinya?" tambahnya.
Sahla memandang, jika adanya persatuan partai politik dalam sebuah koalisi di Pilkada khususnya Jakarta, itu menunjukan bahwa strategi pilkada ini sudah ada yang mengatur.
"Kita ingin membuktikan bahwasanya kita membutuhkan kebenaran, kejujuran atas terlaksana pemilihan ini. Pilkada yang ada saat ini hanya formalitas," katanya.
"Kita melihat dari pengalaman-pengalaman yang telah terjadi setelah terpilihnya para perwakilan kita, kita melihat apa yang mereka koar-koarkan, dipasang di baligo saat kampanye itu tidak pernah terjadi sebagai bukti realita, bukti konkrit," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait