BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB), Ira Adriati menyayangkan adanya statement salah satu calon Wali Kota Bandung, Haru Sudandaru dalam debat Pilwalkot Bandung.
Dalam debat yang berlangsung pada Selasa (19/11/2024) malam itu, Haru Sudandaru menyebut tidak perlu sekolah untuk bisa melahirkan insan yang kreatif dan membuat Kota Bandung sebagai Kota Kreatif Dunia.
Menurut Ira, sekolah seni justru sangat diperlukan jika ingin membuat Kota Bandung sebagai Kota Kreatif Dunia, meskipun ada bakat kreatif yang dimiliki seseorang, namun bakat tersebut harus diasah sehingga bisa berkembang dengan optimal.
“Harus ada pendidikan (sekolah seni) kalau otodidak dia secara alamiah saja. Tapi untuk sampai di level yang lebih tinggi pasti dia belajar, pasti dia meningkatkan kreativitasnya dan itu akan dipercepat kalau seseorang masuk ke sekolah seni," ucap Ira dalam keterengannya.
"Jadi kalua otodidak bisa? Ya, bisa tapi waktunya lebih lama. Tapi kalau orang yang masuk ke sekolah tinggi seni dia akan dipercepat dengan Pendidikan itu,” tambahnya.
Ira mengatakan bahwa kreativitas itu perlu dilatih sehingga nanti keahliannya akan semakin bertambah banyak.
“Kreativitas itu perlu dilatih. Mungkin tidak semua orang skill-nya bisa dia merasa sudah bisa membuat produk dan produknya sudah laku tapi kemudian kita gak bisa stagnan. Untuk meningkatkan tadi kreativitas perlu juga skill yang lebih banyak,” katanya.
Ira mencontohkan, produk keramik yang ada di Kiaracondong, yang menurutnya sudah turun temurun diproduksi dan sudah ada pasarnya, namun sayangnya sampai sekarang masih stagnan belum bisa naik ke pasar internasional.
“Untuk naik ke tingkat internasional, itu kan nantinya perlu akademisi masuk. Terus bentuknya kalau ingin selera luar negeri harus kreatif ya bagaimana dia melihat antara Eropa, Amerika atau Australia kan beda melihat visualnya beda, ketertarikannya berbeda. Jadi memang perlu orang yang memang dilatih untuk melihat visi ke depan dan itu ada di perguruan tinggi yang melatihnya,” bebernya.
"Tidak bisa dimungkiri, saat ini kuliah jurusan seni ini masih dianggap sebelah mata oleh sebagian orang. Berbeda dengan jurusan lain seperti teknik, bisnis, akuntansi, dan ekonomi," tambahnya.
Ira menilai, orang yang masih memiliki stigma pendidikan dalam seni tidak penting adalah orang yang wawasannya masih kurang. Sebab, sekolah seni tidak hanya mengajarkan kerajinan tangan saja, lebih dari itu banyak hal yang dipelajari seperti belajar bagaimana menyampaikan pesan melalui visual.
“Misal produk-produk craft gitu ya. Artinya Ketika kita melihat misalnya tas kulit. saya ingin kesannya maskulin, kesannya feminism, kesannya elegan. Itu kan bahasa kata dari verbal terus kita terjemahkan dalam buat artefak yang visual. Itu kan orang harus belajar ya gitu. Jadi tidak senaif apa yang digambarkan,” paparnya.
Ira mengatakan, Kota Bandung sangat berpotensi untuk menjadi Kota Kreatif di Dunia, untuk itu peranan perguruan tinggi dan sekolah-sekolah seni sangatlah penting bukan sebaliknya.
“Bandung itu punya banyak potensi dalam hal ini orang-orang yang kreatif gitu ya mulai dari industri sablon, industri sepatu terus kemudian industri fashion, peralatan daki gunung,” imbuhnya.
Meski industri kreatif menjamur, Ira menilai masih perlu diorganisir dengan lebih baik. Sehingga pemerintah perlu membantu para pelaku ekonomi kreatif ini untuk diarahkan agar bisa mempromosikan karyanya.
“Saya juga pernah jadi melakukan pendampingan dari Disdagin Bandung untuk para pengusaha yang terpilih selama 3 bulan untuk kemudian menghasilkan karya. Jadi kalau saya melihat mereka itu punya inisiatif kemampuan tapi perlu dipoles lagi sehingga produk-produknya itu memang diterima secara internasional,” tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait