BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I tahun 2025 mencatatkan angka 4,98 persen (year-on-year), melampaui capaian nasional yang berada di angka 4,87 persen. Namun, di balik pencapaian makro ini, sejumlah persoalan mikro masih membayangi, terutama terkait ketimpangan dan tingginya angka pengangguran.
Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan, Acuivarta Kartabi, menyebut capaian ini sebagai sinyal awal yang positif untuk tahun 2025. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa angka tersebut sedikit menurun dibanding kuartal IV 2024 lalu yang mencapai 5,02 persen.
"Ini awal yang cukup baik karena masih lebih tinggi dari rata-rata nasional. Tapi jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu, sedikit menurun," ujar Acuivarta saat dihubungi, Senin (12/5/2025).
Ia menekankan bahwa keberhasilan pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya diukur dari sisi angka makro. Menurutnya, pertumbuhan yang ideal adalah yang bersifat inklusif, mampu menciptakan lapangan kerja, menurunkan angka kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
"Pertumbuhan ekonomi tidak serta-merta mencerminkan perbaikan kondisi riil masyarakat. Per Februari 2025, tingkat pengangguran masih tinggi, yaitu 6,74 persen. Ini menunjukkan belum semua kelompok masyarakat merasakan manfaat dari pertumbuhan tersebut," jelasnya.
Acuivarta mengingatkan bahwa fokus pembangunan tidak boleh berhenti pada pencapaian angka pertumbuhan, namun harus menyentuh sisi mikro ekonomi, terutama sektor-sektor padat karya seperti UMKM dan pertanian.
Sementara itu, Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Darwis Sitorus, mengungkapkan sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama 2025, dengan kontribusi 1,83 persen. Disusul sektor perdagangan (0,90 persen), transportasi dan pergudangan (0,56 persen), serta informasi dan komunikasi (0,56 persen).
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi motor utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar 2,99 persen, diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 0,74 persen, dan konsumsi pemerintah sebesar 0,04 persen.
Meski pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren positif, tantangan dalam menciptakan pemerataan kesejahteraan dan mengurangi pengangguran tetap menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah provinsi. Tanpa langkah konkret dan terfokus, pertumbuhan ekonomi hanya akan menjadi angka di atas kertas yang tidak berdampak nyata bagi masyarakat Jawa Barat.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait