get app
inews
Aa Read Next : Mulai Besok, Pendopo Kota Bandung Dibuka untuk Umum

Tingkatkan Kesehatan Pekerja Indonesia, Perdoki Upgrade Ilmu Terkini Kedokteran Okupasi

Sabtu, 25 Februari 2023 | 23:02 WIB
header img
Perdoki menggelar pertemuan ilmiah ke-15 di Bandung. Foto: Perdoki

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id -  Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (Perdoki) menggelar Pertemuan Ilmiah Tahunan atau Indonesian Occupational Medicine Updates (IOMU) ke-15 di Bandung. 

Dengan mengusung tema "Improving Productivity to Recover Together" para praktisi, khususnya dokter spesialis okupasi berupaya meningkatkan kapasitas (upgrade) diri untuk menghadapi tantangan kesehatan pekerja di Indonesia.

Ketua Umum Perdoki, Dr. dr. Astrid B. Sulistomo menjelaskan, Perdoki memiliki misi untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan pekerja di Indonesia. 

"Apabila pekerja tidak sehat, bukan hanya ekonomi, namun semua sektor akan terpengaruh. Kita dalam hal ini tidak menunggu sampai pekerjanya sakit, tapi melakukan upaya pencegahan," kata Astrid seusai pembukaan IOMU ke-15 di Trans Luxury Hotel, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Sabtu (25/2/2023). 

Astrid juga memaparkan bahwa ilmu kedokteran okupasi terus berkembang. Bukan hanya pada tataran menyembuhkan, namun sudah meluas pada preventif medicine atau kedokteran pencegahan. Sehingga, para dokter spesialis okupasi harus mampu mengenali faktor risiko para pekerja.

"Orang yang bekerja itu beda, yang kerja di pabrik semen tiap hari menghirup debu, di pabrik sepatu menghirup lem-lem yang berbahaya setiap hari selama 8 jam. Itu masalah gangguan kesehatannya tentu berbeda, yang kadang-kadang orang tidak menyadari," paparnya. 

Melihat realita tersebut, lanjut Astrid, maka dokter spesialis okupasi harus mampu melakukan kiat-kiat pencegahan mengingat masih banyak pekerja yang belum menyadari dampak pekerjaan yang dilakoninya.

"Orang biasanya nunggu sakit, baru berobat. Kita juga memang masih mengalami kendala dalam hal ini karena pelayanan pencegahan sampai sekarang belum bisa dibiayai BPJS Kesehatan," ungkapnya.

Menurutnya, jaminan BPJS Kesehatan baru bisa digunakan ketika pesertanya sakit dan melakukan pengobatan. Sedangkan untuk check up dan sebagainya belum bisa.

"Nah kita ini upaya pencegahan. Ini yang sering sekali masih mengalami kendala karena harus dibiayai oleh perusahaan," tuturnya.

"Tapi prinsipnya yah kalau pekerja gak sehat, Indonesia gak bisa maju," sambung Astrid. 

Astrid juga mengatakan bahwa kompetensi profesi spesialis kedokteran okupasi sedikit berbeda dimana dokter spesialis okupasi bukan hanya mengobati. Kompetensi dokter okupasi adalah memastikan bahwa pekerja yang sakit diakibatkan oleh pekerjaannya atau bukan. 

"Apabila disebabkan pekerjaan, maka akan mendapatkan penanganan yang berbeda. Kalau didiagnosis akibat kerja, maka dia akan mendapatkan hak, kompensasi dari badan jaminan sosial yang ada," ucapnya. 

Astrid juga mencontohkan persoalan lain yang kerap hadir dalam masalah kesehatan pekerja, seperti menentukan pekerja yang sakit apakah masih bisa bekerja atau tidak. Untuk menentukannya, kata Astrid, perlu pelayanan spesifik dari dokter okupasi.

"Jadi gak bisa semua orang dibilang fit dan un fit begitu saja. Misalnya seseorang cacat kerja, kita menghitung berapa sih kecacatannya, itu kadang-kadang multi, dia cacat tangan, tapi ada cacat lain, itu gimana keseluruhannya supaya dia dapat pengganti," jelas Astrid.

"Pelayanan seperti ini belum banyak dikenal. Orang taunya datang ke dokter ngobatin. Kita bukan itu, masih banyak yang belum memahami pola yang kita hadapi," lanjutnya.

Melalui pertemuan ini, pihaknya pun berharap ada kesamaan pola pikir lintas sektor, baik HRD perusahaan, dokter umum, hingga para pekerja di lapangan.

"Kita gak bisa jalan sendiri. Kita perlu dukungan dari berbagai sektor dan kita selalu advokasi ke situ," ucapnya.

Wakil Ketua 1 Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Ikatan Dokter Indonesia (MPPK IDI), dr. Isman Firdaus menilai, pertemuan ilmiah ini sangat penting bagi dokter spesialis okupasi untuk meningkatkan kapasitas demi pelayanan kesehatan pekerja yang optimal. 

"Karena kita tahu, tidak hanya di rumah sakit, tapi di perkantoran, tempat kerja, ini juga butuh suatu ilmu khusus untuk bisa menangani, terutama tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia, bisa karena kimia, biologi, fisik, ergonomi dan psikososial," bebernya.

Menurut Isman, pertemuan ilmiah ini memberikan kekuatan kepada dokter-dokter di Indonesia untuk saling berbagi ilmu dan menyampaikannya kepada masyarakat. Apalagi, kegiatan ini dihadiri peserta dari seluruh Indonesia, termasuk pembicara internasional.

"Pokoknya setiap kegiatan apapun dari organisasi profesi, perhimpunan, PB IDI sangat mendukung apalagi terkait bagaimana meningkatkan keilmuan dari dokter tersebut untuk masyarakat," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Isman juga menegaskan bahwa kedokteran Indonesia harus mampu berdiri di kaki sendiri. Terlebih, saat ini banyak pekerja asing yang datang ke Indonesia. Ketika mereka sakit, sebisa mungkin dokter di Tanah Air yang menanganinya.

"Kalau memang sakit yah negara kita yang ngobatin. Jadi rumah sakit-rumah sakit ataupun teman-teman dari Perhimpunan Dokter Spesialis Okupasi yang menanggulanginya," tegas Isman.

Pihaknya tak ingin para pekerja asing tersebut ditangani oleh dokter tamu atau dari luar negeri. Oleh karenanya, penting bagi semua pihak saling menguatkan, terutama Perdoki dalam menghadapi tantangan ke depan.

"Jangan sampai kalau mereka sakit nanti dibawa ke luar negeri. Jadi tetap harus ditangani oleh dokter-dokter Indonesia," ucapnya. 

Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), drg. Kartini Rustandi menilai baik pertemuan yang digelar Perdoki.

"Bukan (hanya untuk) sesama dokter okupasi saja, tetapi sesama pelaksana di lapangan. Itu akan memberikan makna, oh ketemunya begini, oh prosesnya begini, sehingga mereka bisa saling sharing," kata Kartini.

Meski begitu, pihaknya berharap, organisasi profesi mampu membahas tema-tema kekinian mengingat dunia kedokteran akan selalu berhadapan dengan tantangan zaman ke depan.

"Seperti terkait dengan jam kerja, banyak orang gak care. Kita lihat misalnya pekerja yang burn out (stress kronis) pada saat pandemi. Itu perlu kita perhatikan," ujarnya.

Menurutnya, orang yang bekerja harus memiliki keseimbangan antara jasmani, rohani, dan lingkungan sosialnya, termasuk dengan kehidupan keluarganya.

"Okupasi ini merupakan masalah kesehatan pekerja. Oleh karenanya, dokter spesialis okupasi harus terus meningkatkan kapasitasnya. Jadi hasil dari sini akan menjadi satu bahan yang bisa dipakai," tandasnya.

Ketua IOMU 2023, dr. Titis Mariyamah menyampaikan, konferensi ini mengupas berbagai topik terkini di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, antara lain pengelolaan dan analisis data MCU (medical check-up), perspektif baru terkait program wellness terintegrasi di tempat kerja, implementasi program penilaian kembali bekerja (return to work) pada kasus insiden/kecelakaan kerja, pendekatan terpadu dan penanganan dalam manajemen korban massal, hingga kegawatdaruratan medis.

Kemudian, program managemen dan tatalaksana  penyakit akibat kerja (PAK), manajemen penyakit menular dan tidak menular di tempat kerja, penilaian risiko kesehatan dan pengendaliannya di tempat kerja, pengawasan dan penilaian ergonomi di tempat kerja, program manajemen kesehatan mental, program vaksinasi dan kelaikan kerja (fitness to work) bagi para pekerja.

Saat ini, lanjut Titis, lebih dari 70 persen penduduk Indonesia berusia produktif yang tentunya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan sejahtera di masa yang akan datang.

Menurutnya, hal itu dapat terwujud apabila para pekerja mampu mempertahankan kondisi kesehatannya dengan baik dan mampu menghindari gangguan kesehatan baik akibat pekerjaan, kecelakaan kerja maupun masalah kesehatan lainnya.

"IOMU ke-15 kali ini merupakan kegiatan tahunan Perdoki yang aktif dalam berbagi ilmu, best practice, pengalaman untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan semangat sejawat dari dokter spesialis okupasi, praktisi, dan pemerhati kesehatan kerja, serta mendukung terciptanya masyarakat sehat dan produktif," kata Titis.

Diketahui, IOMU ke-15 Perdoki digelar di Trans Luxury Hotel Bandung mulai Jumat 24 Februari hingga Minggu 26 Februari 2023.

IOMU Perdoki merupakan pertemuan ilmiah tahunan untuk para dokter spesialis okupasi, perawat kesehatan kerja, ahli epidemiologi, ahli psikologi, ahli ergonomi, pekerja sosial, instansi pemerintah, praktisi sumber daya manusia, praktisi kesehatan dan keselamatan kerja serta pemerhati kesehatan kerja.

Acara ini diadakan di tempat secara luring (tatap muka) setelah hampir 3 tahun selalu diadakan secara daring dikarenakan adanya pandemi COVID-19. IOMU adalah wadah pertemuan para profesional di berbagai sektor industri sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kesehatan masyarakat pekerja dengan berbagai bidang pekerjaannya di tengah perubahan kebiasaan masyarakat dan kehidupan sehari-hari di era kebiasaan baru (new normal era).

Editor : Zhafran Pramoedya

Follow Berita iNews Bandungraya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut