get app
inews
Aa Read Next : Wahyu Mijaya Dilantik Jadi Bupati Cirebon, Bey Pastikan Cari Plh Kadisdik Jabar yang Tepat

Asia Small Tea Growers Conference 2023, Ajang Promosi Teh Asia di Pasar Global

Kamis, 24 Agustus 2023 | 14:18 WIB
header img
Asia Small Tea Growers Conference 2023. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Saat ini tren konsumsi teh global terus meningkat, di sisi lain kondisi sektor teh di tanah air justru semakin melesu. Penurunan kinerja telah dialami oleh tiga pelaku utama sektor teh, yaitu Perkebunan Besar Negara, Perkebunan Besar Swasta, dan Perkebunan Rakyat.

Kendati demikian, petani kecil yang mengelola kebun secara mandiri merupakan pihak yang paling rentan. Petani dengan sederet keterbatasan modal, kemampuan dan teknologi, umumnya kurang luwes dalam menghadapi kondisi pasar yang dinamis.

Hampir separuh atau 46 persen perkebunan teh Indonesia digarap oleh petani, sedangkan 34 persen dikelola oleh negara dan 20 persen dikelola oleh swasta. Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 mencatat, meskipun mempunyai area perkebunan terluas, ironisnya produktivitas kebun teh rakyat justru yang paling kecil.

Dari 144.064 ton produksi teh kering Indonesia pada 2020, 40 persen dihasilkan oleh Perkebunan Besar Negara, 35 persen oleh Perkebunan Rakyat, dan 25 persen oleh Perkebunan Besar Swasta (BPS 2021). Hal ini terjadi karena mayoritas petani teh masih menjual pucuk basah, sehingga belum ada nilai tambah produk.

Selain itu, harga masih bergantung pada pengepul di daerah masing-masing. Akibatnya, petani sering kali menerima berapapun harga yang ditentukan pengumpul atau pabrik pengolahan. 

Tak heran bila sejumlah petani meninggalkan kebun teh mereka, dan mencari alternatif pekerjaan lain, seperti buruh, karyawan, atau jadi pedagang. Generasi muda pun tidak tertarik melanjutkan kebun teh yang sudah menjadi warisan turun-temurun, mereka memilih merantau untuk mendapat upah lebih baik.

Ketua Paguyuban Tani Lestari, Waras Paliant mengatakan, posisi petani berada di paling ujung rantai pasok dengan segala keterbatasannya. Ketergantungan yang besar pada pelaku lain, juga semakin menempatkan mereka pada posisi tawar yang rendah. 

"Jadi harus ada solusi inovatif untuk mengubah kondisi tersebut. Salah satunya adalah seperti yang kami (paguyuban) lakukan bersama para petani dengan membangun produk teh rakyat yang telah kami beri nama Teh nDeso," ucap Waras dalam acara Asia Small Tea Growers Conference 2023 di Bandung, Rabu malam (23/8/2023).

Melalui event Asia Small Tea Growers Conference 2023, pihaknya akan mengumumkan rencana ekspansi pasar ke Jawa Barat dan launching brand Teh Juwara.

Di lain sisi, membanjirnya impor teh di pasar Indonesia juga karena konsumen Indonesia lebih menghendaki produk teh dengan harga murah.

Hal itu membuat para pengusaha minuman bahan baku teh, lebih pilih mengimpor teh berkualitas rendah dengan harga murah. Jika kondisi ini berlanjut, tentu dapat merugikan sektor teh Indonesia dan berdampak negatif bagi seluruh petani teh.

Melihat kondisi tersebut, aliansi organisasi teh dari negara-negara produsen dan konsumen teh utama di Asia, Asia Tea Alliance (ATA) akan mempromosikan teh Asia di pasar global, membantu para produsen terutama produsen kecil mengidentifikasi peluang pasar baru dan mengatasi hambatan perdagangan.

Tahun 2023, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan ATA yang dihadiri oleh para delegasi ATA dari berbagai negara dan tamu undangan dari perwakilan stakeholder sektor teh di Indonesia. ATA secara rutin menyelenggarakan pertemuan tahunan yang memberikan wadah untuk saling memperkuat hubungan yang menguntungkan, dengan cara berbagi informasi, promosi perdagangan untuk meningkatkan konsumsi teh.

Tak hanya itu, pertemuan ini juga untuk meningkatkan pertukaran teknologi dan lain-lain sehingga terjadi kerjasama antar negara yang saling mendukung untuk menciptakan sektor teh yang lebih kompetitif dan berkelanjutan di Asia.

Konferensi tahun ini mengangkat tema ‘Multistakeholder cooperation for tea sector in Asia’, dengan fokus pada pemberdayaan petani teh kecil dan potensi untuk menciptakan bentuk kerjasama yang melibatkan berbagai pihak dalam industri teh di Asia.

Di dalamnya ada produsen teh, perusahaan pengolahan, pemerintah, lembaga riset, organisasi non-pemerintah, petani teh, dan konsumen.

Managing Director Solidaridad Asia, Dr. Shatadru Chattopadhayay mengatakan, bahwa Solidaridad merasa terhormat mendapatkan peran sebagai penyelenggara netral Asia Tea Alliance, sebuah inisiatif terobosan yang menyatukan produsen teh kecil dan besar di benua Asia.

"Dalam tahun-tahun mendatang, kami percaya ATA akan muncul sebagai salah satu forum penting untuk mengatasi masalah yang sama, ketertarikan, dan aspirasi industri teh Asia. Visi kami jelas akan berada pada garis terdepan dalam mendukung produksi yang efisien, ekonomis, dan rutin, serta pasokan teh yang berkelanjutan dan berkualitas tinggi untuk konsumen,” katanya.

Direktur Eksekutif ITMA (Indonesian Tea Marketing Association), Veronika Ratri mengungkapkan, pihaknya akan selalu memberikan support pada produk teh rakyat, karena masa depan industri teh Indonesia sangat bergantung pada Perkebunan Rakyat, mengingat dominasi kepemilikan lahan ada pada mereka.

“Maka dari itu, kami mengajak generasi muda terutama yang bergerak di sektor F&B, Kafe, dan UKM pangan untuk ikut membantu mempromosikan dan menggunakan produk yang dihasilkan dari teh rakyat,” ucap Veronika.

Sedikit demi sedikit, para petani kini mulai menyadari peran penting mereka di rantai pasok dan melakukan upaya perbaikan kolektif melalui kelompok atau koperasi tani. Di antaranya dengan mendayagunakan koperasi sebagai pengumpul untuk memangkas rantai pasok, mengimplementasikan Good Agricultural Practice, hingga diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah hasil panen.

Ketua Umum Dewan Teh Indonesia (DTI), Rachmad Gunadi mengatakan konferensi ini memberikan platform unik dan inovatif bagi para pelaku industri untuk bertukar ide, membangun kemitraan dan bekerja bersama-sama untuk kesejahteraan komunitas petani teh di Asia dan khususnya Petani Teh di Indonesia

"Stop impor teh, mulai konsumsi teh rakyat yang berkualitas dan langsung diproduksi oleh petani teh Indonesia," pungkasnya.

Editor : Rizal Fadillah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut