BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahasa. Hal itu disebabkan bangsa Indonesia memiliki beragam suku budaya.
Maka tak heran, ada beberapa film Indonesia yang menjadikan bahasa daerah ini sebagaii bahasa utama dalam film tersebut.
Penonton akan mendengar kosa kata dan dialek yang mungkin baru pertama kali mereka dengar. Atau mungkin, mereka turut bangga bahasa daerahnya digunakan dalam dialog sebuah film.
Ada sejumlah film Indonesia yang memilih menggunakan bahasa daerah dalam sebagian besar ceritanya. Apa saja?
Berikut ini deretan film Indonesia yang menggunakan dialog bahasa daerah, dilansir dari laman Kincir, Kamis (23/11/2023).
1. Yowis Ben – Bahasa Jawa
Bayu Skak berani mengambil sebuah tantangan ketika menelurkan ide Film Yowis Ben. Pasalnya, film ini full menggunakan bahasa Jawa.
Masih cukup jarang film Indonesia yang menggunakan bahasa Jawa secara masif, terlebih biasanya pangsa pasarnya akan terbatas di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi, siapa sangka Yowis Ben sukses besar dan mendapat jumlah penonton yang banyak.
Yowis Ben punya empat sekuel dari satu serial. Hampir seluruh film ini menggunakan bahasa jawa, penonton yang enggak ngerti bahasanya dapat dibantu dengan subtitle yang diberikan di bawahnya.
Yowis Ben sendiri berkisah tentang Bayu dengan band remajanya yang baru dirintis. Konflik antar anggota dan perselisihan masalah cinta jadi bumbu utama Film Yowis Ben.
2. Yuni – Bahasa Serang
Dari provinsi paling barat di Pulau Jawa, Film Yuni memberikan perskpektif menarik bagi penontonnya. Film ini berkisah tentang Yuni, seorang anak SMA yang hidupnya enggak tenang karena selalu dikaitkan dengan perjodohan yang enggak ia inginkan.
Namun sebagai perempuan ia pun enggak punya banyak pilihan. Yuni mewakili Indonesia dalam berbagai ajang internasional.
Film garapan Kamila Andini ini uniknya menggunakan bahasa Serang sebagai bahasa untuk dialog utama. Bahasa Serang sendiri terdengar seperti campuran bahasa Jawa, bahasa Cirebon dan bahasa Sunda.
Keunikan bahasa Serang tersebut yang membuat Fillm Yuni semakin menarik.
3. Atambua 39 Derajat Celcius – Bahasa Tetun
Miles Film bersama Riri Riza pergi ke Nusa Tenggara Timur untuk membuat sebuah film berjudul Atambua 39 Derajat Celsius. Film ini dikerjakan oleh 12 orang saja namun berhasil mendapatkan perhatian lebih di banyak festival baik dalam maupun luar negeri.
Film Atambua sendiri berkisah tentang seorang pria bernama Joao yang mengungsi bersama ayahnya dari Timor Leste ke Atambua. Hampir keselurhan film ini enggak menggunakan bahasa Indonesia melainkan bahasa Tetun.
Bahasa Tetun sendiri bahasa yang lumrah dilafalkan oleh orang-orang Kabupten Belu Provinsi Nusa Tenggara TImur.
4. Onde Mande – Bahasa Minang
Menyebrang ke Sumatera ada Film Onde Mande yang banyak adegan filmnya menggunakan bahasa Minang. Film ini memang mengambil latar di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat, karena itu dialog yang digunakan pun menggunakan bahasa Minang.
Bagi mereka yang berasal dari Sumatera Barat mungkin akan mudah memahami dialog film ini tanpa baca terjemahannya.
Onde Mande sendiri berkisah tentang seorang pria yang mendapatkan hadiah uang miliaran dari produk sabun, sebelum mengklaim hadiahnya orang tersebut meninggal. Warga desa yang tahu hal tersebut menyusun rencana agar uang miliaran itu bisa mereka dapatkan.
5. Uang Panai’ – Bahasa Bugis
Tahun 2016 sebuah film dari rumah produksi Finisia Production dirilis. Judulnya Uang Panai’, bagi masyarakat Sulawesi Selatan kata Uang Panai’ sudah sering didengar, Uang Panai sendiri adalah uang yang diberikan oleh calon mempelai pria pada calon mempelai wanita.
Karena itu Film Uang Panai’ sendiri berkisah tentang seorang pria yang pulang kampung dan menyukai Kembali mantan pacarnya, ia bermaksud melamar sang mantan pacar dengan uang panai yang sudah ditetapkan.
Nah rata-rata film ini menggunakan bahasa Bugis dalam penyampaian dialognya. Dialek Bugis yang khas dapat dirasakan dari awal sampai akhir film.
Uang Panai’ sendiri mendapat respon yang cukup baik ketika tayang apalagi di daerah Sulawesi Selatan. Selain Uang Panai’ ada juga film Athirah yang menggunakan bahasa Bugis dalam banyak percakapan dialognya.
6. Cahaya dari Timur: Beta Maluku – Bahasa Ambon
Pemenang FFI tahun 2014, sebuah film yang terinspirasi dari kisah nyata tentang skuad anak-anak muda Ambon yang meraih prestasi sepakbola di ibu kota. Uniknya, mereka semua hadir dari latar belakang kepercayaan yang berbeda dan latar film ini adalah ketika Ambon sempat memanas karena ada konflik antar golongan
Film Cahaya dari Timur Beta Maluku sendiri menggunakan bahasa Ambon sebagai bahasa utama dalam film. Film ini mengambil potret daerah Tulehu, Ambon Provinsi Maluku.
7. Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak – Bahasa Sumba
Mouly Surya menghadirkan sebuah film bernuasa western dengan cerita yang begitu apik. Berkisah tentang Marlina seorang janda yang rumahnya dirampok dan hendak diperkosa. Ia kemudian memenggal kepala pemerkosannya dan menentengnya untuk dijadikan barang bukti ke polisi.
Film ini mendapat pujian baik dari dalam maupun luar negeri. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak sendiri menggunakan bahasa Sumba dalam banyak adegannya. Logat yang khas dengan penuturan yang unik membuat Film Marlina jadi terasa realistis.
8. Before Now and Then – Bahasa Sunda
Ada sejumlah film yang menggunakan bahasa Sunda dalam menyampaikan ceritanya, salah satunya adalah Before Now and Then, film ini membawa cerita tentang pahit getirnya kehidupan seorang perempuan bernama Nana yang keluarganya dihabisi oleh kelompok gerombolan, kehidupannya membaik ketika dinikahkan oleh Pak Darga namun Pak Darga memilih untuk menikah lagi.
Film ini jadi film terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Nyaris sepanjang filmnya menggunakan pelafalan bahasa Sunda.
Editor : Rizal Fadillah