BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Sesar Lembang, yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, merupakan salah satu patahan aktif yang menarik perhatian para ahli geologi dan masyarakat luas karena potensinya menyebabkan gempa bumi.
Patahan ini membentang dari Padalarang hingga Jatinangor, dengan panjang sekitar 29 kilometer, menunjukkan betapa luasnya area yang dapat terpengaruh oleh aktivitas seismik di kawasan ini.
Patahan ini dikenal memiliki kemampuan menyebabkan gempa bumi dengan kekuatan mencapai 6,8 hingga 7 Skala Richter.
Pergerakan tahunannya yang mencapai 3 milimeter menambah kompleksitas dalam memprediksi kapan gempa dapat terjadi. Pemahaman terhadap karakteristik Sesar Lembang ini penting, tidak hanya bagi kalangan ilmiah tetapi juga bagi masyarakat umum, terutama yang tinggal di sekitar zona patahan, agar dapat mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan risiko gempa bumi.
Pembentukan Sesar Lembang
Hipotesis mengenai pembentukan Sesar Lembang bervariasi, namun kebanyakan berfokus pada aktivitas vulkanik dan tektonik di wilayah tersebut.
Beberapa teori mengusulkan bahwa Sesar Lembang terbentuk akibat pengisian magma ke permukaan Bumi yang kemudian mengalami pengangkatan karena gaya tektonik. Keberadaan batuan beku di sepanjang patahan mendukung teori ini, menunjukkan bahwa proses vulkanik memainkan peran penting dalam pembentukannya.
Hipotesis lain mengaitkan pembentukan Sesar Lembang dengan letusan Gunung Sunda kuno, yang diperkirakan terjadi sekitar 105.000 tahun yang lalu. Letusan dahsyat ini diduga telah menyebabkan runtuhnya sebagian besar gunung, yang kemudian membentuk patahan Lembang dan Danau Bandung Purba.
Kajian lebih lanjut dan pemetaan detil masih diperlukan untuk memverifikasi dan memahami secara mendalam tentang proses pembentukan Sesar Lembang.
Potensi Gempa Besar
Riset terbaru menunjukkan bahwa laju pergeseran Sesar Lembang berkisar antara 3,0 hingga 5,5 mm per tahun, menandakan potensi aktivitas seismik yang signifikan. Teknologi penginderaan jarak jauh seperti LIDAR telah membantu para peneliti mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai morfologi patahan dan potensi energi seismik yang dapat dihasilkannya.
Wilayah Bandung Selatan, termasuk Gedebage dan Cimahi, diperkirakan akan mengalami dampak yang lebih besar dari gempa akibat karakteristik tanah lunak bekas Danau Purba, yang dapat memperkuat guncangan gempa dan potensi likuifaksi.
Potensi Kerusakan dan Persiapan
Menyikapi potensi gempa bumi dari Sesar Lembang, sangat penting bagi pemerintah lokal dan masyarakat untuk mempersiapkan diri. Ini mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan gempa, pendidikan dan latihan kesiapsiagaan gempa bagi masyarakat, serta penerapan kebijakan tata ruang yang mempertimbangkan risiko seismik.
Studi kasus dan simulasi kerusakan yang mungkin terjadi bisa menjadi alat bantu yang berharga dalam merencanakan mitigasi bencana. Memahami perilaku anjing dan hewan lain sebagai indikator awal gempa, seperti yang sering dilaporkan oleh masyarakat, juga bisa menjadi bagian dari sistem peringatan dini yang lebih luas.
Patahan Lembang merupakan contoh nyata dari tantangan yang dihadapi oleh wilayah rawan gempa. Melalui kombinasi penelitian ilmiah, teknologi, dan partisipasi masyarakat, risiko yang ditimbulkan oleh Sesar Lembang dapat diminimalisir, melindungi nyawa dan properti dari kerusakan yang mungkin terjadi akibat gempa bumi di masa depan. (*)
Editor : Abdul Basir