BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) IX menggas kegiatan bertajuk 'Kenali Budayamu Cintai Negerimu' sebagai upaya meningkatkan internalisasi dan aktualisasi warisan budaya di Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari, dari 23-25 Juli 2024, yang berlangsung di tiga lokasi yaitu Museum Konperensi Asia Afrika, Museum Sri Baduga, serta Pesantren Budaya Giri Harja di Jelekong.
Tak hanya itu, gelaran Sakola Budaya juga diisi oleh diskusi yang diikuti peserta sebanyak 117 dari 35 SMA/sederajat se-Jabar. Terlebih, sebagai penerus, mereka akan menjadi tonggak estafet kemajuan budaya di masa depan.
Hadir sebagai narasumber Arief Dwinanto yang mengangkat tema 'Pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan; Pengetahuan Tradisional'.
Dalam presentasinya ia membeberkan Pemajuan Kebudayaan yang tercantum dalam Pasal I, UU RI Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Dimana salah satunya diuraikan poin Pemajuan Kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia ditengah peradaban dunia melalui Perlindungan, Pengembangan, Pemanfaatan dan Pembinaan Kebudayaan.
Secara rinci Arief memaparkan empat langkah strategis Pemajuan Budaya yaitu Perlindungan yakni upaya menjaga keberlanjutan kebudayaan yang dilakukan dengan cara inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan dan publikasi.
"Untuk pengembangan yaitu upaya menghidupkan ekosistem kebudayaan serta meningkatkan, memperkaya, dan menyebarluaskan kebudayaan," paparnya dalam pembahasan.
Sedangkan untuk pemanfaatan, lanjutnya, upaya pendayagunaan objek pemajuan kebudayaan untuk menguatkan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional.
"Dan terakhir yaitu poin pembinaan, dimana upaya pemberdayaan sumber daya manusia kebudayaan, lembaga kebudayaan, dan pranata kebudayaan dalam meningkatkan dan memperluas peran aktif dan inisiatif masyarakat," bebernya.
Disamping itu juga, ia menjelaskan terkait empat langkah strategis, perlindungan, pemanfaatan dan pembinaan, kesatuan upaya pemajuan kebudayaan.
"Diantaranya pengetahuan tradisional seperti kerajinan, busana, metode penyehatan, jamu, makanan dan minuman tradisional serta lainnya. Selain itu juga pengetahuan membaca tanda alam untuk prediksi dan mitigasi bencana. Dan tidak lupa, pengetahuan lokal terkait makanan tradisional atau makanan dalam kebudayaan sunda," tutur Arief.
"Terkait makanan kenapa penting, karena kita harus tahu terlebih dahulu makanan tradisional. Contohnya, di Sunda lalap itu merupakan daun-daunan. Dimana ada sekitar 200 lebih jenis dan kita harus mendata apa saja jenis lalap," katanya.
Dari situlah, ungkap Arief, kita dapat mengembangan lalap dari makanan tradisional atau ragam jenis panganan yang bisa dikembangkan.
"Misalnya saja, dari pengembangan tersebut dapat dijadikan penunjang ekonomi yaitu bisa dijual. Bahkan, dari sisi ekonomi petaninya serta sebagai identitas masakan Sunda. Kemudian, untuk pembinaannya," imbuhnya.
Dengan hadirnya diskusi tersebut apalagi diikuti oleh ratusan pelajar, Arief berharap untuk generasi muda berawal dari mencatat pengetahuan tradisional yang dimiliki dalam keluarga.
"Hasilnya, bisa dideskripsikan di media sosial atau sesuai zamannya. Dari catatan itu ditambah dengan foto atau video diposting di medsos agar temen-teman atau lingkungan dapat informasi terkait budaya. Dan itu menjadi upaya pelestarian yang sudah dilakukan," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya