get app
inews
Aa Text
Read Next : Acep Adang Sebut Kesehatan Tak Bisa Dipisahkan dalam Indeks Pembangunan Manusia

Dedi-Erwan Pimpin Elektabilitas di Pilgub Jabar, Tantangan Menanti Para Kandidat Lain

Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:50 WIB
header img
Lembaga survei Skala Institute bersama Ragaplasma Research melakukan survei pada 4 Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar di enam Kabupaten/Kota di Jabar dari 1-7 Oktober 2024. Foto: Ist.

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Elektabilitas pasangan calon Gubernur Jawa Barat nomor urut 4, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan unggul jauh dari tiga pasangan calon lainnya. 

Hal tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh Skala Institute bersama Ragaplasma Research di enam Kabupaten/Kota di Jabar dari 1-7 Oktober 2024. 

Berdasarkan hasil survei tersebut, pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut empat, Dedi-Erwan unggul di enam kabupaten/kota. 

Di Kota Bandung, Dedi-Erwan memiliki elektabilitas 43,50 persen, Kabupaten Bekasi 63,16 persen, Kabupaten Garut 52 persen, Kabupeten Cianjur 58,90 persen, Kabupaten Majalengka 57,30 persen dan Kota Cirebon 45,85 persen. 

Direktur Skala Institute, Wahyu Ginanjar mengatakan, survei ini sebenarnya bukan patokan terakhir, tapi ini hanya pemetaan kondisi politik di Pilgub Jabar saat ini. 

"Ini lebih ke medical check up saja, bagi para pasangan calon terhadap situasi konstelasi pilkada dan pelgub yang sedang terjadi di Provinsi Jawa Barat," ujar Wahyu, saat merilis hasil survei, di Kota Bandung, Kamis (10/10/2024).

Kesimpulan dari survei ini, kata dia, diketahui jika pasangan Dedi-Erwan unggul di beberapa daerah. Adapun angkanya, ada yang unggul lebih jauh, tipis dan ada yang masih selisih dalam margin error.

"Selisih dalam margin error itu ada di Kota Bandung dengan Kabupaten Garut, sedangkan untuk selisih yang cukup jauh itu ada di Kabupaten Bekasi dengan di Kabupaten Cianjur, sedangkan unggul tipis itu ada di Kabupaten Majalengka dengan Kota Cirebon," katanya.

Namun, pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie, Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina dan Jeje-Ronald masih memiliki kemampuan untuk mengejar elektabilitas pasangan nomor urut empat tersebut.

Sebab, kata dia, tingkat perubahan di masyarakat hingga saat ini masih tinggi. Bahkan, hampir lima daerah masyarakat masih bisa mengubah pilihan berdasarkan figur, kandidat, kampanye kandidat dan kunjungan tim. 

"Sedangkan Bekasi yang berbeda itu 45% karena uang barang atau jasa," katanya.

"Jadi, Pilgub bisa dikejar jika pasangan calon yang elektabilitasnya tinggi terkena kasus hukum, itu yang akan menurunkan elektabilitas. Paslon yang lain pun effortnya harus agak tinggi, karena untuk menaikkan di angka 5% itu agak berat kan posisinya. Sedangkan untuk isu-isu yang lain (agama, keluarga, dll) itu tidak berdampak terhadap pasangan calon posisinya," paparnya.

Sementara itu, Direktur Ragaplasma Research, Romdin Azhar menyampaikan, berdasarkan hasil riset, semua pasangan calon masih memiliki peluang untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas menjelang masa kampanye berakhir, karena perubahan dukungan masih tinggi di tengah masyarakat.

Hanya saja, dari sisi strategi harus matang. Pasangan yang elektabilitasnya masih rendah harus bisa menentukan daerah mana yang perubahan pilihan masyarakatnya tinggi.

“Masih bisa mengejar, tinggal strategi apa yang digunakan oleh paslon, basis apa yang disasar, segmentasi apa yang mau disasar. Wilayah mana yang difokuskan dengan Tingkat perubahan yang masih tinggi,” ujar Romdin.

Berdasarkan pengamatannya dari pilkada ke pilkada yang lalu, termasuk saat pilpres kemarin, meningkatkan elektabilitas 5 persen itu sangat membutuhkan usaha yang luar biasa, kesiapan sumber daya pun harus menyesuaikan.

"Semua effortnya harus menyesuaikan. Misalkan gini, kan ini jaraknya masih jauh, pengen ngejar, ini jaraknya berapa kali lipat? Misalkan tiga kali lipat, berarti yang harus dilakukan adalah tiga kali lipat yang sedang dilakukan sangat ini," paparnya. 

"Kalau hari ini ke lapangan tiga titik, harus sembilan titik. Kalau balihonya ada 100, jadi harus 300. Artinya effort ini harus tinggi, karena di lapangan masyarakat sudah semakin memahami," tandasnya.

Perlu diketahui, survei yang dilakukan Skala Institute bersama Ragaplasma Research ini menggunakan multistage random sampling dengan margin of error +/- 5% dengan sistem pengambilan survei melakukan wawancara tatap muka di enam daerah yakni Kota Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Majalengka, Kota Cirebon dan Kabupaten Cianjur.

Setiap daerah diambil 400 orang responsden terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan berbagai latar belakang pendidikan, ekonomi dan usia.

Dalam survei ini, setiap responden ditanyakan soal tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah hingga mengukur tingkat popularitas dan elektabilitas pasangan kandidat Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota, serta Gubernur/Wakil Gubernur Jabar.

Editor : Zhafran Pramoedya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut