BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID – Majalah berbahasa Sunda Mangle bertransformasi ke multiplatform digital. Meski demikian, majalah legendaris itu tetap terbit dengan edisi cetaknya, malah dengan tampilan yang lebih dinamis dan berubah mengikuti perkembangan jaman.
Kepastian perubahan ini terungkap saat majalan ini memperingati hari ulang tahun yang ke-67 tahun di kantor redaksinya, Jalan wirangrong Kota Bandung, Sabtu (7/12/2024). Mangle memperingati hari jadinya dengan tema “67 Taun Nyaangan Jaman (67 Tahun Menerangi Zaman).
Pemimpin Perusahaan Majalah Mangle Sonny D. Setiadji mengatakan, Mangle berubah mengikuti perkembangan jaman dengan mengepakan sayap ke dunia multiflatform digital. Hal ini dimaksudkan agar Majalah Mangle bisa lebih diterima masyarakat lebih luas lagi, terutama bagi anak muda.
Demikian pula dari segi konten atau isinya, bahasanya menyesuaikan komunikasi dengan anak muda. Meskipun berupaya untuk menghindar menggunakan bahasa kasar, kata Sonny, namun pihaknya berupaya agar bahasa Sunda yang dikenalkan dalam Mangle Digital bisa dipahami oleh anak muda. “Karena untuk diterima anak muda itu, harus masuk dunia platform digital. Sekalipun demikian, bahasa Sunda yang ditampilkan dalam edisi cetak tetap tak berubah seperti biasanya. Yang menggunakan bahasa Sunda anak muda, hanya platform digital,” katanya.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Ensa Wiarsa mengatakan, perubahan ini menjadi prasyarat agar majalah Berbahasa Sunda ini diterima lebih luas lagi oleh masyarakat. Selama 67 tahun, katanya, Mangle mengalami pasang surut dan mampu bertahan hingga saat ini.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi (PP AMS) Rully Alfiady mengatakan, pihaknya sangat terpanggil untuk melestarikan Mangle, majalah yang mengedepankan bahasa dan budaya Sunda. Sebagai organisasi yang tumbuh besar dan berkembang di tanah Sunda, katanya, AMS punya tanggung jawab besar untuk melestarikan--atau dalam bahasa Sundanya “Ngamumule”—bahasa dan Budaya Sunda.
“Waktu Pak UU Rukmana, Pimpinan Mangle, mau meninggal dunia, beliau berpesan kepada saya dan menitip kepada dua hal. Pertama keluarga, dan yang kedua Mangle. Jadi saya merasa memiliki kepedulian yang besar terhadap Mangle ini,” kata Rully.
Rully mengatakan, pihaknya terbuka dengan pengelola Majalah Mangle untuk bekerja sama dalam mengembangkan Majalah yang lahir di Bogor pada tahun 1957 ini. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, katanya, bisa terlibat dalam menjaga dan mengembangkan budaya dan bahasa Sunda ini, khususnya melalui majalah Mangle. “Karena majalah Mangle yang telah terbukti, 67 tahun menjaga bahasa, budaya, dan seni Sunda. Ini bukan perkara yang mudah,” kata Rully.
Sementara itu, dosen Universitas Pasundan Prof. Rully Indiriawan mengatakan kehadiran majalah Mangle sebenarnya banyak dinantikan oleh tokoh-tokoh Sunda, khsusunya yang ada di luar di daerah. Seperti di Jakarta atau di luar negeri, katanya, majalah Mangle banyak dinantikan. “Mereka tak tahu kemana mencarinya, kesulitan aksesnya. Namun kalau kemudian ada dalam multiplatform digital, ini tentunya akan memudahkan,” kata Ruli. **
Editor : Ude D Gunadi