Pulau Jawa Dikepung Sesar Aktif: BRIN Ungkap Peta Risiko Gempa yang Mengkhawatirkan

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Aktivitas gempa bumi yang mengguncang wilayah Bogor, Jawa Barat pada Kamis (10/4) malam dengan magnitudo 4,1 kembali membuka mata publik akan pentingnya kewaspadaan terhadap sesar aktif di Pulau Jawa. Gempa tersebut dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik, yang kini menjadi salah satu fokus utama penelitian kebencanaan.
Pulau Jawa, sebagai kawasan dengan populasi terpadat di Indonesia, menyimpan potensi gempa yang cukup besar karena keberadaan banyak sesar aktif yang tersebar di sepanjang wilayahnya. Untuk itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah gencar melakukan pemetaan sesar, dari Ujung Kulon di barat hingga Banyuwangi di timur.
“Penelitian ini bertujuan untuk memahami serta memetakan risiko gempa di sepanjang Pulau Jawa,” ungkap Sonny Aribowo, Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN dalam webinar Talk to Scientists bertajuk Pemetaan Sesar Pulau Jawa serta Mitigasi Risiko Bencana Geologi pada April 2024.
Hingga kini, BRIN telah memetakan dan mempublikasikan delapan jalur sesar utama di Pulau Jawa, yaitu:
Sesar Cimandiri
Sesar Lembang
Java Back-arc Thrust/Baribis-Kendeng
Sesar Opak
Sesar Mataram
Sesar Garsela
Sesar di Karangsambung
Sesar Pasuruan
Tak berhenti di situ, penelitian juga dilakukan terhadap jalur lain seperti Sesar Rembang–Madura–Kangean Sakala dan Somorkoning, yang terbukti aktif melalui studi morfologi dan paleoseismologi.
BRIN pun terus menyelidiki sesar-sesar yang sempat memicu gempa merusak, seperti di Cianjur dan Sumedang. Salah satu yang tengah disorot adalah Java Back-arc Thrust, karena berpotensi memengaruhi kawasan padat penduduk seperti Semarang dan Surabaya.
“Gempa mulai muncul di wilayah yang sebelumnya kurang diteliti, seperti Cianjur, Sumedang, dan bahkan Laut Jawa dekat Pulau Bawean,” tambah Sonny.
BRIN kini tengah menjalankan ekspedisi terestrial untuk mengonfirmasi keberadaan jalur sesar yang belum teridentifikasi secara rinci. Targetnya, akan tersedia peta sesar aktif yang lebih detail untuk mendukung upaya mitigasi bencana di masa depan.
Kolaborasi dengan berbagai instansi seperti Kementerian PUPR, Pusat Studi Gempa Nasional, dan BMKG juga dilakukan guna memperkuat identifikasi jalur sesar aktif. Harapannya, data yang dikumpulkan dapat memperkirakan interval gempa (recurrence interval) dari masing-masing sesar.
Selama ini, Sesar Lembang kerap menjadi sorotan utama di Jawa Barat. Namun, menurut BRIN, ada banyak sesar aktif lain yang perlu diwaspadai, terutama di wilayah Sumedang dan sekitarnya. Sesar-sesar tersebut meliputi:
Sesar Baribis Segmen Tampomas
Sesar Baribis Segmen Ciremai
Sesar Lembang
Sesar Cileunyi–Tanjungsari
Sesar Garsela
Kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Karawang, Cirebon, dan Indramayu turut berada dalam zona yang terdampak aktivitas sesar ini. Salah satu buktinya adalah gempa di Sumedang pada Januari 2024, yang menunjukkan potensi kekuatan hingga magnitudo 7.
Sonny menegaskan pentingnya strategi mitigasi bencana demi mengurangi risiko kerusakan dan korban jiwa. Langkah preventif seperti rekayasa bangunan tahan gempa dan menghindari pembangunan di atas jalur sesar sangat disarankan.
“Dengan hasil pemetaan ini, kami berharap upaya mitigasi dapat ditingkatkan untuk melindungi masyarakat serta mendukung upaya global dalam mengurangi risiko bencana,” tutupnya.
Editor : Agung Bakti Sarasa