Dua Mahasiswi Unpad Ciptakan Biostay, Inovasi Biopackaging dari Limbah Organik

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id – Dua mahasiswi Program Studi D4 Teknologi Industri Kimia, Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran, Diah Nur Oktavia dan Hasya Zafira, menciptakan inovasi kemasan ramah lingkungan berbasis limbah organik.
Produk inovatif tersebut mereka beri nama Biostay, sebuah biopackaging berbahan dasar selulosa dari kulit singkong dan sekam padi yang diformulasi dengan antioksidan alami dari kulit jeruk.
“Inovasi ini kami beri nama Biostay. Tujuannya adalah menggantikan peran sterofoam yang selama ini sulit terurai di alam,” kata Hasya saat ditemui di sela kegiatan Annual Indonesia Green Industry (AIGIS) 2025, di Kampus UNPAD Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Senin (30/6/2025).
Keduanya memanfaatkan bahan-bahan limbah organik lokal yang berlimpah di Indonesia, terutama di daerah seperti Sumedang yang dikenal sebagai penghasil singkong.
Mereka menyebutkan bahwa limbah kulit singkong dari produksi peyeum dan sekam padi yang pemanfaatannya masih rendah, dapat menjadi solusi untuk green economy.
“Kami ingin memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar kita, sekaligus melibatkan warga sekitar agar bisa ikut serta dalam prosesnya,” ujar Diah.
Produk Biostay bukan hanya sekadar ramah lingkungan, tapi juga memiliki nilai tambah. Salah satunya adalah formulasi dengan antioksidan dari kulit jeruk yang dapat memperpanjang masa simpan makanan, serta memberi aroma segar alami.
“Waktu kami buat, satu ruangan jadi wangi kulit jeruk,” kata Hasya
Saat ini, produksi Biostay masih dilakukan secara manual dengan proses pengeringan alami selama 3 hingga 4 hari.
Namun, jika menggunakan bantuan mesin, proses tersebut dapat dipersingkat menjadi satu hingga dua hari. Dalam satu kali produksi, 50 gram bahan dapat menghasilkan satu wadah, sehingga satu kilogram bahan bisa menghasilkan sekitar 20 wadah.
“Kami belum menetapkan target produksi harian karena semuanya masih berbasis kebutuhan. Tapi untuk bahan baku, insya Allah cukup karena Indonesia penghasil sekam padi dan singkong terbesar,” jelas Diah.
Inovasi ini awalnya muncul dari keinginan mereka untuk mengikuti lomba. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka melihat potensi besar dari produk ini dan memutuskan untuk mengembangkan lebih lanjut.
“Kami awalnya hanya ingin ikut lomba. Tapi setelah tahu masalah lingkungan seperti sampah plastik dan sterofoam, akhirnya kami terus kembangkan. Saat ini memang masih di laboratorium, tapi ke depannya kami ingin mengenalkan lebih luas, termasuk ke masyarakat dan stakeholder,” ujar Hasya.
Inovasi Biostay pun mendapat perhatian dalam rangkaian kegiatan AIGIS Goes to Campus yang digelar Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Bahkan inovasi ciptaan mereka menjadi Juara Pertama dalam Green Scientific Competition.
Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Reza, dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong penerapan industri hijau oleh perusahaan maupun generasi muda melalui pendekatan akademik.
“Kesadaran dan keterlibatan kampus dalam industri hijau harus diperluas. Mahasiswa seperti dari Unpad ini bisa memberikan kontribusi nyata lewat inovasi seperti Biostay,” ujarnya.
Faisol menyebut, AIGIS 2025 kali ini sudah digelar di dua kampus besar yakni Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran.
“Alhamdulillah kegiatan didukung baik oleh Unpad maupun Toyota. Kita sedang memilih tiga karya inovasi mahasiswa, termasuk Biostay, sebagai pemenang. Ini menunjukkan bahwa kesadaran atas green industry di kalangan mahasiswa sudah tumbuh,” pungkasnya.
Editor : Rizal Fadillah