get app
inews
Aa Text
Read Next : Persib Gelar Training Camp di Thailand, Siap Tancap Gas di Liga Super 2025/2026

Krisis Thailand-Kamboja: Serangan Udara, Pengungsi, dan Adu Kekuatan Militer

Kamis, 24 Juli 2025 | 18:08 WIB
header img
Perang Thailand-Kamboja. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali memuncak setelah pecahnya bentrokan bersenjata di wilayah perbatasan kedua negara pada Kamis (24/7/2025). Insiden ini menewaskan setidaknya sembilan warga sipil dan mencederai belasan lainnya, menandai titik terburuk dalam hubungan kedua negara sejak konflik terakhir pada Mei 2025.

Krisis ini segera berdampak pada jalur diplomatik. Thailand menutup perbatasan dan menarik duta besarnya dari Phnom Penh. Pemerintah Kamboja merespons dengan tindakan yang sama, membuat situasi semakin panas.

Serangan dan Tuduhan Timbal Balik

Kementerian Pertahanan Thailand melaporkan bahwa enam warga sipil tewas di Provinsi Si Sa Ket setelah serangan diarahkan ke sebuah pompa bensin. Selain itu, sedikitnya 14 orang mengalami luka-luka di tiga provinsi yang berada di garis perbatasan.

Thailand mengklaim telah melancarkan serangan udara ke wilayah Kamboja, termasuk menjatuhkan bom di dekat kompleks kuil bersejarah Preah Vihear. Sebagai respons, pemerintah Kamboja menuding Thailand sebagai pemicu serangan dan menyebut tindakan itu sebagai pelanggaran serius atas kedaulatan mereka.

Bentrokan utama berlangsung di area kuil Ta Moan Thom, yang terletak sekitar 360 kilometer dari Bangkok. Thailand bahkan mengerahkan jet tempur F-16 untuk menggempur sejumlah target militer di wilayah Kamboja. Akibatnya, ribuan warga Kamboja dilaporkan mengungsi dari zona konflik demi menyelamatkan diri.

Kekuatan Militer: Siapa Lebih Unggul?

Ketegangan yang meningkat memunculkan kembali perhatian terhadap kekuatan militer kedua negara. Berdasarkan data dari Global Firepower, Thailand memiliki sekitar 360 ribu personel militer aktif, jauh melampaui Kamboja yang hanya memiliki sekitar 221 ribu.

Dari sisi anggaran pertahanan, perbedaan juga mencolok. Thailand mengalokasikan sekitar US$ 5,9 miliar (sekitar Rp 96 triliun) untuk militernya, sedangkan anggaran militer Kamboja hanya berkisar US$ 860 juta (sekitar Rp 14 triliun).

Dominasi Udara dan Laut Thailand

Dalam aspek kekuatan udara, Thailand berada jauh di depan dengan 72 jet tempur dan 7 helikopter serang. Di sisi lain, Kamboja tidak memiliki jet tempur atau helikopter bersenjata dalam armadanya.

Keunggulan ini juga terlihat di laut. Thailand memiliki total 293 unit kapal, termasuk fregat dan korvet, sementara Kamboja hanya mengoperasikan 20 kapal patroli ringan.

Kekuatan Darat: Kamboja Memberi Perlawanan

Meski kalah di udara dan laut, kekuatan darat Kamboja tidak bisa diremehkan. Mereka mengoperasikan 644 tank dan 463 peluncur roket—jumlah peluncur yang bahkan melebihi milik Thailand. Namun, Thailand tetap unggul secara keseluruhan dalam jumlah kendaraan bersenjata dengan lebih dari 16 ribu unit.

Meski jumlah tank hampir setara, Thailand diuntungkan oleh teknologi tempur yang lebih canggih dan sistem pelatihan militer yang lebih baik.

Risiko Eskalasi Semakin Besar

Ketegangan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda memunculkan kekhawatiran akan konflik yang lebih besar di kawasan. Pengamat internasional memperingatkan bahwa tanpa intervensi diplomatik segera, bentrokan ini bisa meluas dan mengganggu stabilitas regional Asia Tenggara.

Editor : Agung Bakti Sarasa

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut