get app
inews
Aa Text
Read Next : BGN Tutup Lagi Satu SPPG di KBB Gegara Proses Pencucian Food Tray Tak Sesuai SOP

Sony Sonjaya, Jenderal Pemikir yang Urusi Gizi Segera jadi Bintang Dua

Sabtu, 04 Oktober 2025 | 07:50 WIB
header img
Wakil Kepala Badan Gini Nasional (BGN) Brigjen Pol Sony Sonjaya. (foto: istimewa)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Brigadir Jenderal (Brigjen) Pol Sony Sonjaya baru saja dilantik menjadi Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara pada 17 September 2025 lalu.

Sony yang sebelumnya menjabat Direktur  Penyediaan dan Penyaluran Wilayah II BGN ini pun segera mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Inspektur Jenderal (Irjen) Pol. Informasi yang diterima dari Mabes Polri, menyebutkan bahwa jenderal kelahiran Bandung, 20 Oktober 1967 silam tersebut akan dilantik sebagai Irjen Pol pada pekan depan.

Menjadi jenderal bintang dua sejatinya tak pernah diimpikan atau dikhayalkan alumnus SMAN 3 Bandung tersebut. Penganugerahan pangkat bintang dua tersebut terjadi saat pengabdiannya sebagai polisi tinggal menghitung hari sebelum memasuki masa purnatugas.

Pengalamannya sebagai aparat penegak hukum cukup lengkap dalam masa pengabdian selama lebih dari 33 tahun sejak dilantik di Istana Negara oleh Presiden Soeharto pada 27 Juli 1991. Bintang dua yang disematkan di pundaknya tersebut tentu bukan sekadar hadiah yang tiba-tiba datang. Bukan juga bonus menjelang pensiun, tapi diraih melalui perjuangan dan perjalanan panjang sejak lulus dari Akademi Kepolisian (Akpol). 

Rekan-rekan seangkatannya mengenal Sony sebagai pemikir ulet dan pekerja keras. Berbagai program terkenal para pimpinan Polri, dikelola dan ditanganinya hingga tuntas. Sebut saja, dari mulai Satgas P2K pada masa kepemimpinan Kapolri Jenderal Pol Badroddin Haiti, yang merupakan gagasan Jenderal Budi Gunawan. Lalu program Promoter Polri zamannya Kapolri Jenderal Tito Karnavian, sampai ke sistem e-Manajemen Penyidikan yang menjadi legacy dan kebanggan Kapolri Tito Karnavian, semasa Jenderal Aridono Sukmanto menjadi Kabareskrim Polri.

Jauh sebelum itu, Sony Sonjaya dikenal memelopori Patroli Sepeda Ketika menjabat sebagai Wakapolres Simalungun di Polda Sumatera Utara. Pada kurun waktu 2005-2006, dia juga dipercaya oleh Kapolda Sumut saat itu, Jenderal Bambang Hendarso Danuri (yang kemudian menjadi Kapolri) untuk mengembangkan sistem pelaporan masyarakat berbasis ADN (Abreviate Dial Number) 1120. Juga Web2SMS untuk penyebaran informasi cepat Kepolisian, dan mobile tracking untuk memonitor posisi dan pergerakan kendaraan-kendaraan patroli polisi.

Selepas pendidikan Sespim Polri pada 2006, Sony Sonjaya, beserta 9 perwira
berprestasi lainnya, antara lain Wahyu Widodo (Irwasum Polri saat ini), Syahardiantono (Kabareskrim Polri),  ditugaskan menjadi tim asistensi pada konflik di Poso. Setelah bertugas selama 6 bulan, Sony selanjutnya ditugaskan di wilayah Polda Jabar.

Pada masa menjadi Kasat Tipikor di Polda Jabar, Sony mengungkap beberapa kasus besar. Antara lain kasus tipikor di lingkungan PT KAI sebesar Rp100 miliar dengan tersangka mantan Direktur Utama dan Direktur Keuangan PT KAI. Juga menuntaskan penanganan kasus Bansos Jaring Asmara di Garut dan beberapa kasus besar lainnya.

Pada masa Jenderal Timur Pradopo menjadi Kapolda Jabar, Sony juga dipercaya membangun sistem pelayanan pelaporan masyarakat dengan Abreviate Dial Number 9123. Setelah itu, Sony didapuk menjadi Kapolres Majalengka, Kapolres Bandung, dan Wadirreskrimsus Polda Jabar. Semasa menjadi Kapolres Bandung, 14 kasus pembunuhan diungkap tuntas 100% di bawah kepemimpinannya.

Bagi Sony, tidak ada medan tugas yang dihindari. Tugas di lapangan sebagai Kanit, Kasat, Kapolsek, Wakapolres, Kapolres, Wadirreskrim, Dirreskrim telah dilaluinya. Sebagai staf pun demikian, laptop dan PC adalah teman sejati setiap harinya dalam berbagai tugas. Baik sebagai Ka Siaga Ops dan Kapusdalops di Biro Ops Polda Sumut, sebagai Kasubbag Jianrenstra Rojianstra SOPS Polri, sebagai Kabag Anev, dan Kabagrenops Robinopsal Bareskrim.

Penugasan di lembaga pendidikan pun dinikmatinya dengan penuh semangat. Pada 1996-1997, dia  ditugaskan sebagai Dantontar, lalu Kasimin Mentarsis, dan sebagai Dankitar Taruna Akpol Batalyon Pratisara Wirya dan Paramasatwika. Saat ini sejumlah mantan anak asuhnya sudah banyak yang jadi jenderal, bahkan sebagian menjabat Kapolda dan Wakapolda, serta jabatan penting lainnya di Kepolisian.

Sony juga pernah ditugaskan sebagai Kakorsis di SPN Sampali Medan. Kala itu, sepulang mengikuti pendidikan Community Policing di Jepang pada 2004, Sony melakukan perubahan pola pengasuhan Bintara Polri.  Pola pengasuhan tidak lagi militeristik tapi mulai dikenalkan menjadi civilian police dengan community policing yang merupakan oleh-olehnya Jepang.

 

Jiwa Kepemimpinan Tumbuh di Tengah Kerasnya Kehiidupan

Jejak langkah Sony tersebut, cukup membanggakan, apalagi bila melihat latar belakang keluarganya. Sony berasal dari keluarga sangat tidak mampu, bapaknya hanya buruh bangunan dan pekerja serabutan, yang kadang jadi montir atau sopir. Sony kecil pun ditempa dengan kerasnya kehidupan. Untuk membantu keluarga dan membiayai pendidikannya, Sony rela berjualan pisang, combro, bala-bala keliling kampung. Dia juga pernah menjadi kernet angkot jurusan Kelapa-Ledeng, kuli pompa air, pengantar anak sekolah TK, kuli bangunan, dan terakhir sebagai korektor koran harian Mandala pernah dilakoninya.

Namun justru kehidupan yang keras tersebut memupuk kepemimpinan Sony. Mulai dari menjadi ketua kelas saat sekolah di SDN Cihampelas Bandung. Lalu jadi Ketua OSIS dan Dewan Penggalang di SMPN 12 Bandung, juga Ketua OSIS, merangkap Juru Adat Pramuka dan Ketua Angkatan Paskibra di sekolah SMAN 3 Bandung.

Saat menjadi Taruna Akpol pun demikian. Sony pernah menjabat Dankikorps Taruna dan Kasi Ops Resimen Taruna Akpol (semacam Asisten Operasi). Sedangkan saat mengikuti pendidikan di PTIK, Sony menjadi Wakil Ketua dan kemudian menjabat Ketua Angkatan PTIK tahun 1999-2001. Lalu menjadi anggota Senat saat mengikuti pendidikan di Sespim Polri pada 2006, juga anggota Senat pada Lemhannas PPRA Angkatan LIX.

Demikian pula saat Sony akhirnya mendapat tugas di pemerintahan dengan menjadi salah satu direktur di BGN sejak Januari 2025, rekan-rekannya mengenal Sony sebagai pribadi yang ulet.  Tidak jarang Sony tak henti memandangi laptop dari pagi hingga malam hari, dalam menjalankan tugasnya. Hasilnya, Sony  mengeluarkan inovasi untuk meningkatkan kualitas program Makan Bergizi Gratis (MBG). Yakni sistem pelaporan yang digunakan oleh seluruh Kepala Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di seluruh Indonesia yang disebut Sistem Dialur. Juga menggelar pelatihan terhadap 10.000 relawan di SPPG. Ia menerapkan inovasi tersebut untuk meningkatkan wawasan relawan di berbagai wilayah Jawa Barat dan Jabodetabek.

Bagi Sony, berbagai tantangan dan rintangan, isu, tudingan maupun pujian hanyalah ujian yang harus dihadapi. Berdoa, tawakal, serta tetap tenang dan fokus pada pekerjaan adalah prinsip utamanya yang akhirnya mengantar Sony pada posisi Wakil Kepala BGN.

“Kalau saya menjawab semua tudingan, kalau saya meladeni semua tuduhan, apalagi sampai membawanya ke ranah hukum, maka saya tidak akan dapat fokus bekerja," ungkap Sony menyampaikan suka dukanya selama menjalankan tugas.

'Saya mendapatkan tugas besar agar program (MBG) ini berjalan sesuai harapan pimpinan BGN, sesuai harapan pimpinan negara. Dan alhamdulillah kami semua bangga ketika tanggal 15 Agustus 2025 Bapak Presiden menyampaikan data tentang program MBG,” pungkasnya. (*)

Editor : Abdul Basir

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut