get app
inews
Aa Text
Read Next : Identitas Korban Tewas dan Luka-luka Akibat Kecelakaan Maut di Tol Cipali KM 72.500

Remaja Asal Dayeuhkolot Diimingi Jadi Pemain Bola, Malah Jadi Korban TPPO di Kamboja

Selasa, 18 November 2025 | 16:29 WIB
header img
Nenek Siti Rohanah dan ayah korban, Dedi Solehudin, menunjukkan foto Rizki Nurfadhilah (18), remaja Bandung yang diduga menjadi korban TPPO di Kamboja. Foto agi MPI.

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Seorang remaja bernama Rizki Nurfadhilah (18) asal Kampung Cilisung, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) setelah diimingi kesempatan menjadi pemain sepak bola di Medan.

Bukannya masuk klub, korban justru dibawa lintas negara hingga berakhir di Kamboja dan mengalami penyiksaan.

Ayah korban, Dedi Solehudin, menceritakan bahwa awalnya sang anak mengaku akan menandatangani kontrak bermain bola di Medan selama satu tahun.

“Anak saya bilang ada kontrak main bola di Medan. Tanggal 26 Oktober dia berangkat, dijemput pakai travel dari sini, terus dibawa ke Jakarta. Dari Jakarta baru ke Medan,” ujar Dedi saat ditemui Selasa (18/11/2025).

Namun mimpi itu berubah menjadi petaka. Dedi mengungkapkan bahwa dari Medan, putranya justru diterbangkan ke Malaysia sebelum akhirnya dibawa ke Kamboja.

“Dia diiming-imingi main bola. Ternyata itu jebakan,” katanya.

Menurutnya, sang anak memang memiliki latar belakang sepak bola. Ia pernah mengikuti Diklat Persib dan bergabung dengan SSB lokal. Dedi mengaku sempat percaya karena anaknya memang hobi sepak bola sejak kecil.

"Iya, memang main bola. Dulu di Persib ikut diklat jadi penjaga gawang," katanya.

Namun tak berselang lama keluarga dikejutkan ketika korban menghubungi dan mengaku berada di Kamboja.

“Dia bilang, ‘Pak, Aa dijebak.’ Katanya dia direkrut dari Facebook,” jelas Dedi.

Setibanya di Kamboja, kondisi korban memburuk. Ia disiksa karena tidak memenuhi target kerja.

“Anak saya disiksa tiap hari. Sehari harus dapat target 20 cari nomor orang Cina yang kaya. Kalau enggak dapat, dia dipukul suruh push up terus dipaksa mengangkat galon dari lantai satu ke lantai sepuluh sebagai hukuman," katanya.

Dedi mengungkapkan, kontak pelaku kini tidak bisa lagi dihubungi. Ia meminta pemerintah bergerak cepat.

“Tolong cepat pulangkan anak saya dengan kondisi sehat. Tolong bantuannya. Tolong Bapak Presiden perhatikan anak saya,” harapnya.

Dedi mengaku telah mengadu ke sejumlah instansi mulai dari BP3MI Jawa Barat, Disnaker Kabupaten Bandung, hingga Gedung Sate. Namun hingga kini, ia mengaku belum mendapat kejelasan.

“Saya sudah ke berbagai tempat, tapi tidak ada jawaban. Ini urusan nyawa. Anak saya tiap hari disiksa,” tegasnya.

Sementara itu, nenek korban, Imas Siti Rohanah (52), membenarkan bahwa keluarganya awalnya percaya korban berangkat untuk mengikuti seleksi sepak bola.

“Katanya mau ikut seleksi akademi klub profesional di Medan. Dari Jakarta langsung ke Medan,” ujar Imas.

Siti menjelaskan Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang aktif bermain sepak bola dan sempat bergabung dengan sejumlah sekolah bola lokal.

“Dia itu dari kecil memang hobi bola. Pernah ikut SSB Hesebah, pernah juga di Diklat Persib jadi penjaga gawang. Jadi mungkin mudah sekali percaya dengan tawaran seleksi,” ujar

Namun sejak awal, keluarga merasa ada yang janggal. Imas menyebut cucunya tidak bisa menunjukkan nomor manajer atau pelatih yang menjemput.

“Kakeknya sempat tanya nomor pelatihnya, tapi dia bilang enggak punya. Katanya dibawa temannya, tapi nomor temannya juga enggak ada,” jelasnya.

Beberapa hari kemudian, pihak keluarga mendapat kabar mengejutkan bahwa korban sudah berada di Kamboja. Informasi itu diterima dari ibu korban yang bekerja di Hongkong.

“Kami kaget sekali. Tidak tahu bagaimana dia bisa dibawa sampai ke sana,” ungkapnya.

Menurut Imas, cucunya kerap mengirim pesan sambil mencuri waktu dan mengabari keluarga. Ia mengaku sering mendapat laporan bahwa korban disiksa.

“Disuruh push-up ratusan kali, disuruh angkat galon sampai lantai sepuluh. Padahal dia tidak terbiasa kerja begitu,” katanya.

Korban juga dipaksa melakukan penipuan online kepada warga negara lain dan diiming-imingi akan mendapatkan Iphone dalam beberapa hari kerja namun kenyataannya tidak.

“Kerjaannya menipu orang Cina lewat komputer. Padahal dia tidak bisa komputer. Mungkin karena sering salah, dia dihukum,” ucap Imas.

Karena tidak kunjung ada perkembangan dari instansi terkait, keluarga akhirnya memutuskan untuk memviralkan kasus ini.

“Kami nekat unggah video, karena kasihan sama cucu. Pemerintah setempat memang merespons, tapi dari pusat belum ada hasil. Dari KBRI juga belum ada kabar lanjutan,” katanya.

Imas berharap pemerintah segera turun tangan.

“Kami hanya ingin cucu kami cepat dipulangkan dalam keadaan sehat,” ujarnya.

Editor : Rizal Fadillah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut