Ia menyebut, alat tersebut dilengkapi dengan teknikal sensor, terdiri atas extensometer (alat pendeteksi pergerakan tanah), tilt meter (alat pendeteksi perubahan posisi kemiringan permukaan tanah/batuan pada lereng), dan rain gauge (pendeteksi curah hujan).
"Gama EWS dilengkapi dengan sirine, masing-masing akan mengeluarkan tiga bunyi sirine berbeda sesuai tingkatan bahaya," terangnya.
Pemasangan Gama EWS, kata Ikhwan, dilakukan tim dari UGM yang bekerja sama dengan BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB. Secara keseluruhan, alat ini telah dipasang dilebih dari 100 daerah rawan longsor di Indonesia.
"Sejauh ini cukup membantu dalam memberikan peringatan dini ketika terjadi bencana," ungkapnya.
Ikhwan mengatakan, sistem kerjanya alat ini yakni toa akan memancarkan suara peringatan secara otomatis sesuai kerawanan tingkat bencana mulai dari status waspada, siaga hingga awas. Namun. tidak bisa memberikan secara rinci terkait radius suara sirine karena pemasangannya tergantung topografi.
"Saya tidak bisa menyebutkan berapa radius dari sirinenya karena itu tergantung dari topografi daerah," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait