JAKARTA, INEWSBANDUNGRAYA - Berdasarkan hasil pengujian, Abbott memastikan bahwa produk lokal mereka untuk pasar Indonesia yakni antigen Bioquick Covid-19 Rapid Ag Test mampu mendeteksi Omicron subvarian XBB.
“Seperti yang ditunjukkan melalui pesan teks, kami belum menerima laporan negatif tentang kinerja Bioquick sehubungan dengan deteksi Omicron atau sub-varian XBB-nya. Abbott secara saksama memantau mutasi Covid-19 untuk memastikan bahwa pengujian kami, termasuk Bioquick Covid-19 Rapid Ag Test, dapat mendeteksinya," kata juru bicara Abbott Regional untuk wilayah Asia Pasific, Minggu (6/11/2022).
"Kami telah melakukan analisis menyeluruh terhadap varian yang diketahui, termasuk sub-varian Omicron XBB, dan tidak ada dampak yang diprediksi terhadap kinerja pengujian,” sambungnya.
Konfirmasi tersebut menegaskan isi Dokumen Petunjuk Teknis Prediksi Dampak Varian pada Tes Diagnostik SARS-CoV-2/COVID-19 Abbott dalam pendeteksian varian virus SARS-CoV-2.
Dokumen yang dihasilkan melalui analisis berkelanjutan oleh Koalisi Pertahanan Pandemi Abbot (Abbot Pandemic Defense Coalition) ini dikeluarkan sebagai jaminan kepada pelanggan bahwa Abbott melakukan analisis berkelanjutan dan menyeluruh terhadap varian SARS-CoV-2 yang muncul.
Di dalam dokumen tersebut tercantum bahwa dua merek alat tes antigen Abbott yang sedang dan pernah beredar di Indonesia, yaitu Bioquick dan Panbio memperlihatkan kemampuan untuk mendeteksi protein SARS-CoV-2 yang dicari. Sub varian XBB (BA.2.10) juga tercantum sebagai salah satu dari ratusan varian Covid-19 yang dianalisa oleh Koalisi Pertahanan Pandemi Abbott.
Covid varian XBB atau BA.2.10 merupakan evolusi dari strain subvarian BA.2 omicron. Varian ini disebut sebagai yang terbaru dari serangkaian varian yang telah muncul di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi.
Omicron varian XBB pertama kali ditemukan pada Agustus 2022 di India dan dilaporkan telah menyebar ke 28 negara di penjuru dunia. Penyebaran dan sifat penularannya yang cepat membuat sebagian besar masyarakat dunia diselimuti kekhawatiran besar akan terulangnya kasus pandemik Covid-19 dua setengah tahun silam.
Namun begitu, lonjakan kasus varian XBB tidak diiringi dengan peningkatan kematian dan kenaikan jumlah perawatan di rumah sakit.
Menurut para ahli medis, subvarian Omicron BA.2.10 memiliki gejala-gejala yang cenderung ringan. Antara lain batuk, pilek, demam, sakit kepala, nyeri tulang, serta kehilangan penciuman pada sejumlah pasien.
Di Indonesia, seperti disiarkan Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI dalam web Kemkes.go.id, kasus pertama XBB ditemukan pada akhir September.
Dan sampai 4 November kemarin, menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Muhammad Syahril ada 12 kasus XBB terlapor, dimana dua kasus berasal dari perjalanan luar negeri, sementara 10 kasus merupakan transmisi lokal.
Jubir Kemenkes juga menyebutkan, seiring dengan hadirnya varian XBB, terjadi kenaikan Covid-19 di 30 provinsi di Indonesia dalam kurun waktu satu minggu terakhir.
Pada level nasional, terjadi peningkatan sekitar 4.700 – 4.900 kasus selama empat hari terakhir. Trend kenaikan kasus disinyalir terjadi seiring dengan ditemukannya varian XBB di Indonesia.
“Kenaikan kasus ini memang masih dalam batas-batas yang tidak signifikan atau terlalu tinggi dibanding dengan ketika ada subomicron BA 4 maupun BA 5 yang lalu,” ujar dr. Syahril dalam konferensi pers virtual Jumat (4/11/2022) lalu.
Sebagai bagian dalam perlindungan pencegahan dan pengendalian Covid-19, Jubir Kemenkes meminta masyarakat untuk menegakkan protokol kesehatan, mengurangi aktivitas di kerumunan dan melaksanakan vaksinasi.
Capaian vaksinasi booster atau ketiga di Indonesia tercatat baru mencapai 27,62% dari target 50%. Sementara capaian vaksinasi pertama sebanyak 87% dan vaksinasi dosis kedua sebesar 73%.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait