BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID - Selain Sesar Cimandiri yang sempat disebut sebagai penyebab Gempa Cianjur beberapa waktu lalu, Sesar Lembang kini juga jadi perbincangan banyak pihak.
Pasalnya, patahan ini berpotensi terjadinya gempa bumi yang menimbulkan getaran yang dahsyat hingga magnitudo 7.
Sesar Lembang merupakan rekahan bergeser (sesar) terdekat dari Kota Bandung, membentang hingga sekitar 29 km dari Gunung Batu Lembang hingga Padalarang.
Sesar Lembang adalah contoh jenis sesar rotasi yang bergerak ke kiri. Bagian tertinggi sesar ini setinggi 450 m di Gunung Palasari Maribaya, turun ke ketinggian 40 m di Cisarua.
Sesar Lembang juga mencakup kawasan Batunyusun, Gunung Batu, Gunung Lembang, Cihideung, Jambudipa, dan berakhir di ujung utara Padalarang, seperti dicatat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Diperkirakan, Sesar Lembang terbentuk akibat perkembangan Kompleks Gunung Api Sunda-Burangrang di antara Padalarang dan Sumedang. Karena perkembangannya, muncul zona depresi di Lembang sebagai sesar turun.
Sementara itu, tubuh Gung Sunda runtuh. Magma mengalami penurunan buoyancy sehingga Sesar Lembang turun ke arah utara. Dalam perkembangannya, Sesar Lembang yang semula sesar turun menjadi sesar mendatar.
Lantas seperti apa fakta tentang Sesar Lembang? Simak ulasan berikut ini yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Membentang 29 Kilometer
Sesar Lembang memiliki panjang sekitar 29 kilometer yang membentang dari daerah Padalarang, kemudian melewati Ngamprah, Cihideung Parongpong, Lembang, hingga Bukit Batu Lonceng di Cimenyan. Sedangkan di timur melewati Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, hingga Kabupaten Bandung.
2. Bisa Picu Gempa Magnitudo 7
Jika patahan atau Sesar Lembang bergeser bisa memicu gempa bumi dengan kekuatan yang cukup besar. Berdasarkan data dari BMKG gempa bumi yang ditimbulkan kekuatannya bisa mencapai magnutido 6-7 dan imbas kerusakan cukup parah.
3. Lempeng bergerak 3 mm per tahun
Dari hasil penelitian sejumlah ilmuwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dapat dipahami bahwa patahan ini bergerak sebanyak 3 mm hingga 5 mm setiap tahunnya.
Angka ini termasuk ke dalam kategori pergerakan kecil. Sesar Lembang bergerak dengan pola geser ke kiri, namun pada bagian sesar yang berbelok di sejumlah titik, pola gerak menjadi naik.
4. Terakhir gempa 500 tahun lalu
Peneliti gempa dari LIPI, Mudrik Rahmawan Daryono mengatakan, hingga saat ini tercatat ada dua sejarah kejadian gempa besar di Sesar Lembang. Kedua gempa tersebut terjadi pada abad ke-60 SM dan abad ke-15.
Meski demikian, dari penelitian tersebut belum dapat diketahui interval pasti kejadian gempa Sesar Lembang. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih mendalam dan menyeluruh untuk mengetahui "ulang tahun gempa" Sesar Lembang.
Hal yang sudah dapat disimpulkan saat ini adalah, Sesar Lembang telah memasuki akhir siklus gempanya dan mulai mengeluarkan energi yang tersisa.
5. Kampung Muril Porak Poranda Tahun 2011
Warga Kampung Muril, Kecamatan Cisarua, KBB, pernah merasakan imbas terjadinya pergeseran dari Sesar Lembang. Kejadiannya terjadi pada 28 Agustus 2011 dimana guncangan saat itu hanya magnitudo 3,3.
Meski begitu dampak yang ditimbulkan cukup banyak, karena ada ratusan rumah yang rusak berat, sedang, dan ringan. Berdasarkan peneliti LIPI, Sesar Lembang harus diwaspadai karena berada pada fase pelepasan energi dengan siklus terjadinya gempa antara 170 sampai 670 tahun.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait