BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID – Menjelang tahun baru imlek 2023, menarik jika membahas tentang vihara tertua yang ada di Indonesia.
Ya, vihara atau yang biasa disebut sebagai kuil atau klenteng ini merupakan tempat untuk melakukan upacara keagamaan dan tradisi pada keyakinan agama Buddha.
Di Indonesia sendiri, terdapat sebanyak kurang lebih 2.500 vihara yang tersebar di seluruh Indonesia.
Menariknya, sebagian dari vihara tersebut bahkan didirikan pada masa kerajaan Nusantara dan penjajahan Belanda.
Selain itu, vihara ini juga memiliki arsitektur kuno yang megah dan mengesankan, sehingga menarik untuk dikunjungi.
Nah, berikut ini daftar vihara tertua di Indonesia yang telah dirangkum dari berbagai sumber:
1. Klenteng Hong Tiek Hian, Surabaya
Berdasarkan beberapa sumber, vihara tertua di Indonesia adalah Klenteng Hong Tiek Hien yang terletak di Surabaya. Klenteng Hong Tiek Hien dikenal juga sebagai Klenteng Dukuh oleh masyarakat sekitar.
Klenteng ini konon telah berdiri sejak tahun 1293 pada awal keberadaan Kerajaan Majapahit. Klenteng ini terdiri dari 2 gedung yang dihubungkan dengan sebuah jembatan dengan dekorasi berupa 2 ekor naga.
Di Klenteng Hong Tiek Hian, altar pemujaan untuk tempat beribadah ini terbagi di 2 lantai yang dibedakan berdasarkan dewa-dewa. Klenteng ini banyak dikunjungi saat berlangsungnya hari besar Tiongkok dan pertunjukkan wayang Pho Tee Hi.
Namun demikian, klenteng ini ramai didatangi wisatawan lokal bahkan mancanegara setiap harinya. Dari banyaknya vihara-vihara tertua di Indonesia, hanya Klenteng Hong Tiek Hien yang berdiri mulai abad ke-12.
2. Vihara Talang, Cirebon
Konon, vihara kedua tertua di Indonesia ini berdiri sejak tahun 1450. Awalnya vihara ini merupakan tempat persinggahan pedagang Cina pada masa Laksamana Cheng Ho berkeliling Pulau Jawa.
Vihara ini terletak di area yang strategis yaitu di dekat Pelabuhan Cirebon yang merupakan pusat jantung perekonomian selama bertahun-tahun mulai dari Cirebon kuno, merintis nya Islam, hingga saat ini.
Desain vihara ini cukup berbeda dari vihara-vihara pada umumnya, dimana tidak terdapat patung naga pada atapnya melainkan gong keemasan di ruang utama vihara.
Sebagai salah satu dari vihara-vihara tertua di Indonesia, vihara ini tidak hanya merupakan tempat ibadah pemeluk kepercayaan Kong Hu Chu, tetapi juga sering digunakan sebagai tempat sahur dan buka puasa bagi masyarakat muslim di sekitar vihara yang kurang mampu.
3. Klenteng Hok Tek Ceng Sin, Jepara
Klenteng tertua di Indonesia yang ketiga adalah Klenteng Hok Tek Ceng Sin yang terletak di Jepara, Jawa Tengah. Konon, klenteng ini dibangun pada waktu yang bersamaan dengan Masjid Agung Demak pada tahun 1466 M.
Klenteng ini terletak di dekat gapura yang bertuliskan “Gerbang Damai Sejahtera”, sehingga masyarakat sering menyebut klenteng ini sebagai “Klenteng Gerbang Damai Sejahtera”.
Pada puncak atap klenteng ini terdapat 2 buah patung naga yang saling berhadapan. Sementara, terdapat 2 buah patung singa pada pintu masuk Klenteng Hok Tek Ceng Sin.
Sementara, pilar-pilar di serambi klenteng ini dihiasi oleh lukisan 12 binatang shio. Selain menjadi tempat ibadah, klenteng ini juga ramai dikunjungi saat perayaan imlek.
4. Vihara Avalokitesvara, Serang Kota
Sejarah berdirinya vihara ini memiliki beberapa versi, karena tidak adanya pencatatan sejarah tertulis yang resmi. Berdasarkan sumber pertama, vihara ini dibangun pada tahun 1542 atau di saat yang hampir bersamaan dengan Masjid Agung Banten.
Konon, pembangunan vihara ini dibantu juga oleh Sunan Gunung Jati. Sementara berdasarkan sumber yang lain, vihara ini dibangun pada tahun 1652 pada masa kejayaan Kerajaan Banten.
Vihara Avalokitesvara yang merupakan salah satu dari vihara-vihara tertua di Indonesia ini sering juga disebut dengan Klenteng Tri Dharma. Hal tersebut dikarenakan vihara ini dijadikan tempat beribadah untuk tiga kepercayaan yaitu Buddha, Taoisme, dan Kong Hu Chu. Vihara dengan luas 10 hektar ini memiliki pilar utama berukir naga.
5. Klenteng Caow Eng Bio, Bali
Klenteng atau vihara tertua kelima di Indonesia ini didedikasikan untuk Dewi Shui Wei dan 108 bersaudara Hainan (dewa pelindung laut). Konon, klenteng ini berdiri pada tahun 1548, saat Kerajaan Badung sudah ada, dan memiliki prasasti yang telah ada sejak umur 1882.
Terdapat 10 altar yang tersebar di seluruh area klenteng. Klenteng Caow Eng Bio buka setiap hari hingga jam 21.00 WITA, namun pada tanggal 1 dan 15, Imlek, klenteng ini buka hingga jam 00.00 WITA.
6. Vihara Dewi Welas Asih, Cirebon
Sebagai salah satu dari vihara-vihara tertua di Indonesia, Vihara Welas Asih sudah termasuk menjadi cagar budaya yang ada di Kota Cirebon. Meski tidak ada catatan tertulis mengenai berdirinya Vihara Dewi Welas Asih, konon vihara ini dibangun pada tahun 1559.
Pada awal berdirinya vihara ini, masyarakat Tionghoa di daerah sekitarnya diminta untuk membantu perbekalan kapal Kekaisaran Ming dari Tiongkok. Selain menjadi tempat ibadah, vihara ini juga merupakan lokasi wisata sejarah budaya. Terutama ketika perayaan Cap Go Meh atau Imlek tiba, vihara ini dipenuhi oleh pengunjung.
Vihara ini menjadi simbol toleransi di Kota Cirebon, dimana konon pendirian vihara ini dibantu oleh Masjid Agung Sang Cipta Rasa dari Keraton Kasepuhan. Hingga saat ini, Vihara Dewi Welas Asih juga menjadi tempat acara buka puasa bersama pada saat bulan Ramadhan.
7. Vihara Hok Tek Bio, Bogor
Klenteng atau Vihara Hok Tek Bio ini konon berdiri pada tahun 1672. Nama vihara ini diambil dari nama Dewa Bumi, Hok Tek Ceng Sin, yang dipercaya sebagai pembawa rezeki bagi masyarakat. Oleh sebab itu, altar utama di salah satu vihara tertua di Indonesia ini adalah Altar Dewa Bumi.
Vihara Hok Tek Bio juga sering disebut sebagai Vihara Dhanagun dan dengan bentuk gapura yang besar dan berwarna merah, masyarakat dapat langsung mengenali vihara ini.
8. Vihara Satya Budhi, Bandung
Satya Budhi merupakan klenteng tertua di Kota Bandung. Diresmikan pada 1855 dengan nama Hiap Thian Kong yang berarti Istana Para Dewa. Pada 1965, penggunaan nama Tionghoa dilarang di Indonesia karena itulah Hiap Thian Kong berubah nama menjadi Vihara Satya Budhi.
Selain itu penggunaan kata klenteng diubah menjadi vihara kebijakan pemerintah saat itu tidak mengakui agama Konghucu. Namun sekarang, Vihara Satya Budhi menjadi tempat ibadat tiga agama, yaitu Tao, Konghucu, dan Buddha.
Bagian luar tempat ibadah ini didominasi warna merah, hijau dan kuning. Di dindingnya terlihat relief lukisan dewa-dewa Tiongkok yang berwarna cerah. Di tengah-tengah ketiga vihara itu terdapat Patung Dewa Guan Gong menunggang kuda. Patung ini dipercaya bakal melindungi yang masuk ke dalam bangunan ini.
Siapa pun boleh masuk ke tempat ibadah ini asal minta izin dulu ke pengelola. Minimal ke petugas yang menjaga di sana. Untuk berfoto-foto juga dipersilakan asalkan di luar pagar kompleks vihara tersebut. Satu lagi syarat yang paling penting adalah jangan menggangu orang yang sedang beribadah.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait