Disinggung soal maraknya aksi geng motor yang kerap terjadi dan meresahkan masyarakat di sejumlah daerah di Jawa Barat, dia menilai itu persoalan serius yang disoroti berbagai pihak. Pasalnya, aksi-aksi kriminal yang kerap memakan korban tersebut kebanyakan dilakukan oleh mereka yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa.
Tindakan ataupun aksi yang dilakukan kelompok geng motor sudah masuk kriminal. Padahal kalau kegiatannya sekadar perkumpulan yang berlandaskan pada hobi tentu masyarakat bakal mendukung. "Menyikapi maraknya aksi kriminalitas geng motor ini tentu kita serahkan kepada pihak berwajib untuk menyelesaikannya," ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, Pemprov Jabar memiliki aplikasi Sapawarga sebagai aplikasi yang digunakan untuk menjembatani komunikasi pemerintah dengan masyarakat. Kemudian ada juga program pendidikan anti radikalisme dan program pendidikan penuh toleransi yang dikemas Bakesbangpol dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
"Jadi masyarakat kalau menemukan hal yang tidak baik bisa disampaikan lewat Sapawarga, kemudian akan komunikasikan bersama untuk mencari solusi dan tindak lanjutnya," ujarnya.
Wakil Rektor (Warek) III Unjani, Dewi Ratih Handayani menuturkan, untuk penguatan karakter di Unjani telah diterapkan kepada para mahasiswa baru melalui bela negara dalam bentuk pendidikan latihan dasar kedisiplinan kepemimpinan yang dilakukan di Pusdiklat TNI AD. Di dalam kurikulum juga terus dikuatkan terkait pembekalan keagamaan di setiap fakultas.
"Itu jadi program tahunan yang sudah diagendakan oleh Direktorat Kemahasiswaan dan wajib diikuti seluruh mahasiswa, sebagai dasar bagi mereka saat menjadi pemimpin di masyarakat," pungkasnya. (*)
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait