BANDUNG, iNews.id - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengidentifikasi Deparia stellata jenis tumbuhan paku (pteridofita) baru ditemukan dari pedalaman hutan Pegunungan Bintang, Papua Nugini.
Peneliti Bidang Botani BRIN,Wita Wardani mengatakan, penemuan Deparia stellata yang tumbuh di pedalaman hutan Pegunungan Bintang, Papua Nugini menjadi sangat penting sebagai langkah untuk terus mendapatkan informasi variasi dan inventarisasi jenis tumbuhan paku (pteridofita), khususnya di wilayah fitogeografi Malesia.
Penemuan Deparia stellata yang tumbuh di pedalaman hutan Pegunungan Bintang, Papua Nugini menjadi sangat penting sebagai langkah untuk terus mendapatkan informasi variasi dan inventarisasi jenis tumbuhan paku (pteridofita), khususnya di wilayah fitogeografi Malesia.
“Kunci penemuan ini adalah kesediaan herbarium Natural History Museum London (BM) meminjamkan spesimennya. Spesimen ini saya temukan saat berkunjung ke herbarium tersebut untuk memeriksa tumpukan spesimen yang belum teridentifikasi di tahun 2016. Semula saya mengidentifikasi spesimen tersebut sebagai Deparia petersenii,” ungkap Wita, dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi, Sabtu (8/1/2022).
Dalam pengamatan lebih lanjut, Wita menerangkan bahwa secara sepintas tutupan permukaan tangkai dan rakis daun jenis baru ini nampak berbeda. Benar saja, melalui pengamatan mikroskop berdaya pembesaran tinggi di Herbarium Bogor (BO), akhirnya Wita mengonfirmasi kebaruan spesimen tersebut yang diterbitkan dalam jurnal Reinwardtia pada 6 Desember 2021.
“Setelah pengamatan dengan mikroskop, ciri khas jenis baru ini teramati dengan lebih jelas, baik variasi bentuk, ukuran dan posisinya terhadap ciri yang lain. Mikroskop juga memudahkan ahli line drawing Wahyudi Santoso untuk menggambar detil spesimen secara akurat. Selanjutnya penyelesaian gambar dengan detail yang cukup banyak ini dilakukan melalui proses diskusi dan pengamatan bersama yang lumayan intensif,“ papar Wita.
Sebelumnya, lanjut Witan, rambut-rambut bintang berwarna gelap kemerahan yang menyelimuti rakis dan kosta (tulang daun) tidak pernah ditemukan pada jenis Deparia.
Demikian, Katanya, sisik dengan tepian berambut tak beraturan. Ciri ini tidak biasa bagi marga ini. Namun rambut-rambut bintang yang serupa teramati pula pada Diplazium stellatopilosum, jenis dari marga yang berbeda namun masih dari suku yang sama yang juga ditemukan di wilayah Papua Nugini.
“Membedakan Deparia dan Diplazium cukup mudah. Perbedaannya dapat dilihat dari parit pada kosta yang tidak menerus pada Deparia, namun kebalikannya pada Diplazium.. Karakter rambut bintang diperkirakan sebagai ciri khas jenis dari daratan Papua, khususnya di bagian timur, namun perlu dilakukan kajian yang lebih menyeluruh untuk memastikannya,” imbuh Wita lebih lanjut.
Tak hanya itu, dirinya juga menambahkan, selain dengan bantuan mikroskop, temuan ini terbantu dengan tersedianya gambar-gambar spesimen secara online dari herbarium besar. Termasuk spesimen-spesimen tipe di JSTOR Global Plant dengan fasilitas viewer foto beresolusi tinggi.
"Foto-foto tersebut memudahkan siapa saja untuk mengonfirmasi wujud dari nama-nama yang terlibat dalam pemeriksaan. Namun untuk pengamatan karakter-karakter mikroskopis, foto beresolusi tinggi masih tidak cukup. Pendeskripsian jenis baru membutuhkan ketelitian yang selalu melibatkan pemeriksaan spesimen secara langsung," tutupnya. (*)
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait