BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Para calon anggota DPR, DPRD, DPD dan Calon Presiden terus menggencarkan kampanye politik jelang pemungutan suara pemilu 2024 yang akan berlangsung 14 Februari mendatang.
Terlihat dari euforia demokrasi yang sudah ramai dan beragam, seperti banyaknya baliho hingga bendera-bendera yang tertancap di pinggir jalan, kali ini media sosial (Medsos) yang ikut turun tangan menjadi salah satu pilihan strategi yang dinilai sebagai senjata paling ampuh untuk menarik perhatian para generasi muda pada pemilu 2024.
Seperti yang dikatakan Marshanda salah satu mahasiswi di salah satu Universitas swasta di Bandung, sebagai generasi z, ia ikut memberikan komentarnya tentang mayoritas semua orang yang seumurannya ini dianggap sebagai generasi yang paling menguasai perkembangan teknologi dan segala aktivitas digital lainnya.
“Media sosial menurut aku pribadi itu adalah alat mencari dan menemukan info favoritnya generasi z, jadi mungkin anak muda yang tadinya gatau mau pilih siapa, jadi tau mana yang harus dipilih,,” kata Marshanda, Rabu (8/2/2024).
Para capres, cawapres hingga calon anggota legislatif memanfaatkan medsos dengan menggunakan berbagai kreativitas untuk menarik perhatian seperti menyajikan konten-konten yang lucu, inovatif dan menginspirasi dengan upaya membuat pesan-pesan kampanye mereka dapat diterima dengan baik oleh milenial.
“Kan banyak juga kader –kader muda dari partai politik yang mengambil peran dalam ajang pemilu 2024 ini, itu juga bisa jadi kemungkinan yang bikin deket sama para generasi z dengan mengambil hak suaranya,"tambah Marshanda.
Medsos bukan lagi berlaku untuk “one man one vote” sebab, satu orang bisa mempunyai kekuasaan yang sama dengan ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, terutama kandidat terkemuka. Oleh karena itu, media sosial merupakan sarana pertukaran ide yang efektif dimana berbagai ide dapat disebarkan dengan cepat dan tanpa batasan.
Platform-platform media sosial seperti Twitter, Instagram dan TikTok juga menjadi tempat utama bagi para generasi z untuk bahan berdiskusi mengevaluasi keandalan dan integritas para paslon ataupun para lembaga legislatif baik di tingkat daerah maupun pusat. Media sosial menjadi tempat tercepat bagi mereka untuk melihat langsung respons dan pandangan terhadap pilihannya.
Dalam prosesnya, kesuksesan strategi ini juga besar dimanfaatkan karena dengan akses mudah ini, informasi dan interaksi langsung dengan para pemimpin contohnya, memberikan kesempatan untuk terlibat secara langsung dalam proses politik.
Tentunya efektivitas jelas ada dalam kampanye politik yang dilakukan di media sosial dibandingkan dengan kampanye umum. Yang mana dalam media sosial menawarkan jangkauan dan target yang lebih luas dengan dasar minat dan perilaku online. Sedangkan proses kampanye langsung cenderung lebih terfokus pada interaksi tatap muka dan kegiatan-kegiatan di lapangan.
“Kalau sosmed itu dipakai targetnya buat anak muda yang contohnya chronically online kali ya, sedangkan kalau kampanye umum itu lebih ngasih efek bagi para orang tua," imbuh Marshanda. (*)
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait