BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Menjelang Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung 2024, sejumlah tokoh mulai meningkatkan intensitas komunikasi politik. Baik kepada masyarakat melalui berbagai media komunikasi maupun antar elite politik.
Hasilnya, sejumlah nama muncul sebagai kandidat bakal Calon Wali Kota (Cawalkot) Bandung 2024. Nama-nama yang muncul beragam, mulai dari kandidat yang sudah dikenal lama dalam dunia politik, maupun wajah-wajah baru dalam konteks pemilihan kepada daerah.
Berdasarkan data yang dirilis Poldata Indonesia Konsultan, bahwa nama Atalia Praratya yang merupakan anggota DPR RI terpilih dari Partai Golkar, menunjukkan dominasi yang kuat.
Disusul oleh Erwin dari Partai Keadialan Bangsa (PKB) yang diketahui sudah menyatakan dirinya sebagai bakal Cawalkot Bandung 2024 sejak masa kampanye pemilihan legislatif yang lalu.
“Atalia menduduki peringkat pertama pada setiap pengukuran, baik top of mind maupun pertanyaan tertutup mengenai popularitas dan elektabilitas. Hal ini tentu tidak mengejutkan mengingat hasil perolehan suara Atalia di Pileg 2024 yang lalu,” ucap Direktur Eksekutif Poldata Indonesia Fajar Arif Budiman dalam keteragannya, Selasa (21/5/2024).
Meski didominasi oleh Atalia Praratya, kata Fajar, terjadi perubahan urutan antar hasil pengukuran popularitas dan elektablitas. Popularitas tertinggi setelah Atalia berturut-turut diduduki oleh Erwin, Edwin Sanjaya, Juwanda, dan Acep Lulu Iddin.
Sedangkan elektablitas, Atalia yang memperoleh 43,3% disusul oleh Erwin 13,8%, Acep Lulu Iddin 7,9%, Andri Gunawan 6,4%, dan Edwin Sanjaya 5,3%.
“Masih terjadi dinamika yang fluktuatif terkait kecenderungan pilihan masyarakat Kota Bandung. Memang hingga saat ini belum ada kepastian siapa saja yang akan menjadi peserta Pilwalkot Bandung sehingga masyarakat belum menentukan pilihan," katanya.
"Namun yang harus diperhatikan adalah meskipun sempat dinyatakan mundur dari pencalonan, elektabilitas Atalia masih sangat tinggi dan mendomiinasi di antara nama-nama yang muncul pada bursa,” tambah Fajar.
Kader Golkar Mendominasi dalam Bursa Wali Kota
Fajar menilai, partai politik masih menjadi sumber utama kaderisasi politik terutama untuk mengisi jabatan publik kepala daerah dan wakil kepala daerah di Kota Bandung.
"Belum terlalu banyak nama-nama di luar kader partai politik yang menghiasi bursa kepala daerah di Kota Bandung," ujarnya.
Sejauh ini, beberapa partai politik pun telah membuka pendaftaran untuk penjaringan di internal partai. Fajar menyebut, Partai Golkar merupakan partai politik yang paling banyak memunculkan nama di bursa kandidat.
Selain Atalia, H. Edwin Sanjaya sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Bandung berada di posisi ketiga dalam popularitas. Disusul oleh Ir. H. Juwanda dan Arfi Rafnialdi sebagai kader baru Partai Golkar faksi Ridwan kamil.
Selain partai Golkar, PKS merupakan partai politik kedua yang berhasil mendorong tiga nama untuk masuk ke bursa pencalonan wali kota Bandung. Sementara Gerindra dan Nasdem masing-masing menyumbangkan dua kadernya untuk masuk ke bursa.
“Partai Golkar berhasil menjalankan fungsi edukasi dan kaderisasi politik jika dilihat dari jumlah figur kader partai partai yang berhasil merebut perhatian masyarakat," ungkapnya.
"Namun tentu ini belum final. Sejumlah partai masih dalam tahapan untuk melakukan penjaringan dan diketahui banyak nama-nama potensial yang diisukan akan muncul seperti Melly Goeslaw, Reza Arfah, dan Fiki Satari,” lanjutnya.
Masalah Utama Kota Bandung Menurut Warganya
Fajar menilai, sejumlah nama yang muncul tersebut harus mulai berpikir untuk tidak hanya meraih simpati warga namun juga memikirkan solusi atas masalah-masalah yang muncul di Kota Bandung.
Pada rilis kajian Poldata Indonesia Konsultan, masalah utama yang dirasakan masyarakat adalah kemacetan, banjir, sulitnya lapangan pekerjaan, jalan berlubang, kemiskinan, kriminalitas, sampah yang tidak terkelola, dan korupsi.
“Pekerjaan yang dihadapi wali kota dan wakil wali kota Bandung ke depan tidak sederhana. Sejumlah masalah yang dikeluhkan warga harus dapat direspons dengan sangat baik. Mungkin masalah-masalah yang muncul tersebut bisa menjadi materi kampanye sehingga bisa memberikan lebih banyak pertimbangan bagi masyarakat Kota Bandung untuk memilih pemimpinnya untuk 5 tahun ke depan,” tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait