BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perhubungan (Dishub) menghadirkan metode pembayaran parkir on the street via QRIS. Bukannya disebut inovasi, cara dilakukan tersebut malah menuai kritik.
Seperti yang diungkapkan pengamat kebijakan publik Universitas Padjajaran, Yogi Suprayogi. Ia menilai, cara yang dilakukan Dishub Kota Bandung itu sebagai langkah putus asa.
"Itu kan langkah-langkah yang desperate ya atau putus asa ya, sehingga Pemkot itu merubah yang tadinya berbasis teknologi dari mesin parkir ke QRIS," ucap Yogi, Jumat (11/10/2024).
Dengan dihadirkannya metode baru ini, Yogi menilai, Pemkot Bandung telah menyia-nyiakan layanan mesin parkir yang sebelumnya sudah ada.
Sama halnya dengan layanan mesin, kata yogi, metode pembayaran parkir via QRIS juga tidak akan berjalan efektif.
"Ini kan kontradiktif ya, tapi di satu sisi memang ada target tadi PAD parkir harus digenjot. Tapi sayang ini kan penghamburan anggaran karena mesin parkir ini mau bagaimana, mitigasinya seperti apa," ujarnya.
"Jadi jangan gampang saja pakai QRIS, saya yakin dengan QRIS ini gak akan bener," imbuhnya.
Apalagi, jelas Yogi, pembayaran parkir via QRIS ini bisa dengan mudah dipalsukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Sekarang banyak terjadi QRIS-nya ternyata dipalsukan oknum, jadi ini harus dicegah, penyelewengan itu bisa selalu terjadi," ungkap Yogi.
"Makanya sebetulnya tadi QRIS ini apakah langkah desperate atau nekat, putus asa. Ini kan sebuah keputusasaan Pemerintah Kota Bandung tidak bisa menjalankan dengan baik mesin parkir," sambungnya.
"Saya memberikan masukan kepada teman-teman di Pemkot Bandung sebaiknya dianalisa dulu kawasan parkir ini oleh akademisi bagaimana sih aspek-aspek di daerah tersebut. Sehingga nanti ada hasilnya pendekatannya mau seperti apa gitu," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait