BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Meski menghadapi suhu ekstrem yang mencapai 41 derajat Celsius, jemaah haji asal Kabupaten Sukabumi yang tergabung dalam Kloter 6 JKS tetap bersemangat menunaikan ibadah di Madinah. Hal ini disampaikan oleh Petugas Haji Daerah Jawa Barat, H. Lutfi Hermawansyah, dalam laporan terbarunya mengenai kondisi jemaah.
"Secara umum, kondisi jemaah sehat dan penuh semangat. Meski ada beberapa yang mengalami penurunan kesehatan karena cuaca panas, mereka tetap antusias menjalani rangkaian ibadah, terutama Salat Arbain," ujar Lutfi, Senin (12/5/2025).
Salat Arbain, yaitu salat berjamaah 40 waktu berturut-turut di Masjid Nabawi, menjadi target utama sebagian besar jemaah. Namun, Lutfi mengingatkan agar jemaah dengan risiko kesehatan tinggi tidak memaksakan diri, terutama saat siang hari yang terik. Hal ini penting untuk menjaga stamina jemaah menjelang puncak haji yang masih satu bulan lagi.
Selain Salat Arbain, jemaah juga sangat berharap dapat beribadah di Raudhah — sebuah area suci di dalam Masjid Nabawi yang diyakini sebagai tempat mustajab doa. Akses ke Raudhah diatur ketat oleh otoritas Arab Saudi dan dapat dilakukan melalui dua jalur: secara kolektif melalui penyedia layanan haji resmi kloter, atau secara mandiri dengan aplikasi Nusuk.
Ziarah ke makam Rasulullah SAW yang berada dalam kompleks Masjid Nabawi juga menjadi momen penuh haru bagi para jemaah.
"Di luar itu, Pemerintah Indonesia turut memfasilitasi kunjungan ke sejumlah tempat bersejarah, seperti Masjid Quba — tempat yang dijanjikan satu pahala umrah bagi yang salat di dalamnya — serta Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, dan Masjid Khandaq," jelas H Lutfi.
Tak hanya itu, sebagian jemaah Kloter 6 JKS juga mengikuti city tour mandiri ke tempat-tempat menarik seperti percetakan Al-Qur’an, museum Islam, hingga kawasan unik Jabal Magnet.
Dari sisi layanan kesehatan, tim medis bertugas penuh 24 jam untuk mendampingi jemaah, dengan pola jemput bola mengunjungi kamar-kamar jemaah yang membutuhkan. Setiap kloter dilengkapi satu dokter, satu tenaga medis, dan petugas layanan umum yang tergabung dalam tim haji daerah.
“Koordinasi antartim—baik sektor, kloter, maupun tenaga kesehatan—terus dilakukan secara intensif melalui pertemuan rutin dan grup komunikasi. Tujuannya, untuk mempercepat respons terhadap berbagai kendala di lapangan,” tambah Lutfi.
Menjelang keberangkatan ke Mekkah, masing-masing kloter juga menggelar bimbingan manasik untuk memperkuat pemahaman dan kesiapan mental jemaah dalam menjalani rangkaian ibadah haji berikutnya.
Laporan ini menunjukkan bahwa meskipun cuaca dan tantangan fisik cukup berat, semangat spiritual dan kekompakan tim petugas menjadi kunci lancarnya pelaksanaan ibadah jemaah haji Jawa Barat tahun ini.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait