BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Upaya menjaga ketertiban dan keamanan di Jawa Barat kembali diperkuat melalui sinergi antara anggota DPD RI Komite I, Aanya Rina Casmayanti, yang akrab disapa Teh Aanya, dan Badan Intelijen Negara Daerah (Binda) Jawa Barat.
Dalam kunjungannya ke markas Binda Jabar, Teh Aanya disambut langsung oleh Kepala BIN Daerah Jawa Barat, Brigjen TNI R. Toto Oktaviana, S.Sos., bersama jajaran. Pertemuan ini menyoroti pentingnya kolaborasi strategis antara legislatif dan lembaga intelijen untuk menjaga kestabilan di wilayah yang menjadi jantung aktivitas nasional ini.
“Pembangunan tidak akan berjalan di tengah situasi kamtibmas yang tidak kondusif,” tegas Teh Aanya dalam pernyataannya beberapa waktu lalu.
Ia menekankan bahwa peran intelijen sebagai pemberi peringatan dini (early warning system) sangat penting dalam mendukung Forkopimda, TNI, Polri, serta pemerintah provinsi dalam mengantisipasi potensi gangguan di tengah masyarakat.
Senada dengan itu, Brigjen TNI R. Toto Oktaviana menguraikan bahwa BIN Jabar berperan sebagai koordinator komunitas intelijen di wilayahnya. Ia menjelaskan, “Kami melakukan penggalangan, menciptakan situasi tetap aman dalam rangka deteksi dini sebelum hal lebih besar terjadi.”
Menurut Kabinda, pendekatan preventif ini dilakukan melalui pemantauan ketat, penggalangan informasi, serta koordinasi rutin, baik dalam forum formal maupun informal. Hasil dari pemantauan ini dilaporkan ke BIN pusat dan menjadi bagian dari strategi bersama Forkopimda.
Potensi Ancaman Besar di Wilayah Padat Penduduk
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, mencapai lebih dari 50 juta jiwa dan wilayah seluas sekitar 35.000 km². Dengan keragaman sosial dan budaya, provinsi ini rentan terhadap berbagai bentuk kerawanan sosial dan keamanan.
Kabinda menyampaikan bahwa konsentrasi massa dari berbagai kelompok dan organisasi menjadi potensi mobilisasi besar yang bisa berdampak pada keamanan. BIN, lanjutnya, berperan dalam mereduksi potensi ini sebelum menjadi ancaman nyata.
Menariknya, ia juga menyoroti tantangan baru di era digital, yakni keberadaan "lone wolf" atau individu yang terpapar ideologi ekstrem melalui media sosial.
“Penanganan lone wolf yang terpengaruh brainwash via media sosial jauh lebih sulit daripada gerakan terorganisir,” ungkap Brigjen Toto.
Dalam menghadapi tantangan ini, BIN Jabar beroperasi selama 24 jam, termasuk melakukan pemantauan terhadap opini publik di media sosial dan platform digital lainnya. Mereka turut bersinergi dengan Komdigi dan kepolisian melalui sistem Mobile Blast WhatsApp untuk penyebaran cepat informasi penting.
Stabilitas Jawa Barat, Barometer Nasional
Baik Teh Aanya maupun Kabinda Jabar sepakat bahwa menjaga stabilitas di Jawa Barat berarti menjaga stabilitas nasional. Wilayah ini dianggap sebagai barometer ketertiban di Indonesia karena letaknya yang strategis dan padat penduduk.
“Jawa Barat adalah barometer keamanan dan ketertiban Indonesia,” ujar Kabinda. “Stabilitas di Jawa Barat akan menjadi tolok ukur bagi keamanan nasional secara keseluruhan.”
BIN pun terus meningkatkan kualitas SDM-nya dengan mengirim personel mengikuti pelatihan di negara-negara yang dikenal memiliki sistem intelijen terbaik di dunia, seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Belanda, Rusia, dan China.
Melalui dukungan aktif dari lembaga legislatif seperti DPD RI dan kepemimpinan daerah yang solid, sinergi antara BIN dan pemangku kepentingan lainnya diyakini mampu menjaga Jawa Barat tetap aman, tertib, dan kondusif demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan untuk masyarakat.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait
