Koi Lokal Indonesia Kian Diminati Dunia, Pernah Terjual Rp120 Juta

Aga Gustiana
Koi lokal Indonesia. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Industri koi di Indonesia terus mengalami perkembangan pesat. Jika dulu kualitas koi lokal kerap dipandang jauh tertinggal dari Jepang, kini kondisinya berbalik. Hasil budidaya peternak dalam negeri tidak hanya mampu bersaing di pasar nasional, tetapi juga mulai diperhitungkan di tingkat internasional.

Salah satu sosok yang berperan besar dalam kemajuan ini adalah Bos Koi Hartono Soekwanto, pemilik Samurai Collection Center. Menurutnya, perjalanan koi Indonesia dalam lebih dari satu dekade terakhir telah menunjukkan lompatan kualitas yang signifikan.

Bibit Unggul dan Ekosistem Kuat

Hartono menuturkan, kunci peningkatan kualitas koi lokal terletak pada kombinasi antara bibit unggul, pakan yang tepat, serta air yang terjaga. Sejak lebih dari 10 tahun lalu, ia bersama sejumlah pegiat koi di Indonesia rutin membagikan benih berkualitas kepada para peternak.

“Makanya kita bagikan bibit. Harapannya petani bisa produksi koi berkualitas. Dan terbukti, 12–13 tahun lalu semua koi ukuran 0–50 cm di kontes Indonesia dimenangkan koi Jepang. Sekarang koi lokal bisa menang. Artinya apa yang kita lakukan berhasil,” ujarnya.

Berkat upaya tersebut, sentra koi kini tersebar di berbagai daerah, mulai dari Blitar, Kediri, Tulungagung, hingga Sukabumi dan Bandung.

Harga Fantastis di Pasar

Perbaikan kualitas juga berdampak pada nilai jual koi lokal. Hartono mengungkapkan, seekor koi hasil budidaya dalam negeri pernah terjual dengan harga fantastis.

“Koi lokal pernah terjual Rp120 juta. Dulu 12 tahun lalu, harga segitu tidak terpikirkan. Dulu ikan 30–40 cm cuma Rp120 ribu. Jadi hasil dari gerakan ini sudah terlihat,” jelasnya.

Meski regulasi di Jepang melarang koi impor untuk kembali masuk ke kontes, Hartono yakin koi Indonesia sudah cukup kompetitif jika aturan lebih terbuka.

“Oh sangat bisa. Kalau boleh. Tapi regulasi Jepang tidak membolehkan,” ungkapnya.

Kiprah Samurai Koi Center

Perkembangan koi lokal juga tak lepas dari peran Kiki Sutarki, pendiri Samurai Koi Center. Ia mulai menekuni dunia koi sejak 1990 ketika masih berprofesi sebagai arsitek. Pada 2006, Kiki memutuskan fokus sepenuhnya pada bisnis koi, mendirikan fasilitas pertama di rumah pribadinya di Cibabat. Tiga tahun kemudian, ia membangun fasilitas kedua di kawasan Kianjuang, Bandung.

Menurut Kiki, kualitas koi Indonesia kini tidak kalah dari Jepang, terutama pada ukuran menengah. “Kalau ternakan lokal sekarang maju-maju. Sampai size 50 cm, ikan lokal banyak yang mengalahkan ikan dari Jepang. Ikan polos sudah bisa sampai 90 cm,” ujarnya.

Ia menilai peran Hartono dalam membagikan benih koi unggul kepada peternak sebagai salah satu faktor penting dalam perkembangan ini. “Yang jelas idenya banyak, terobosan-terobosan juga banyak. Terkait koi, beliau revolusioner, banyak membantu peternak,” kata Kiki.

Tantangan Biaya dan Masa Depan Cerah

Meski prospeknya menjanjikan, bisnis koi tetap menghadapi tantangan besar. Biaya operasional cukup tinggi, mulai dari listrik kolam yang bisa mencapai Rp5 juta per bulan hingga pakan premium yang berkisar Rp70 ribu hingga Rp500 ribu per kilogram.

Namun demikian, baik Kiki maupun Hartono optimistis masa depan koi lokal tetap cerah. Saat pandemi COVID-19, misalnya, penjualan koi justru meningkat karena banyak orang mencari hobi baru saat di rumah.

Dengan kualitas yang semakin baik, harga yang kian kompetitif, serta komunitas yang solid, koi lokal Indonesia kini bukan hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga berpeluang besar untuk menembus pasar dunia.

Editor : Agung Bakti Sarasa

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network