Bisnis Regeneratif Daun Kelor, Ubah Tanaman Lokal Menjadi Komoditas Bernilai Global

Adi Haryanto
Daun kelor (Moringa) setelah melalui penelitian dan inovasi mampu dikembangkan menjadi produk bernilai jual tinggi yang diminati konsumen dalam negeri dan internasional. Foto/Istimewa

BANDUNG,iNews BandungRaya.id - Banyak orang menilai jika moringa atau daun kelor hanyalah tanaman tradisional biasa dan tidak memiliki nilai tambah.

Namun di tangan kreatif-kreatif moringa adalah pintu menuju cara baru menjalankan bisnis, memulihkan ekosistem sambil menciptakan produk bernilai tinggi.

Berdasarkan data industri moringa global bernilai USD 8,9 miliar pada 2024 dan diperkirakan meningkat menjadi USD 18 miliar pada 2030, dengan pertumbuhan hampir 10 persen per tahun.

Sementara itu, sektor herbal Indonesia diproyeksikan mencapai USD 25.4 miliar pada 2033.

Peluang pasar itu yang kini coba digarap oleh Treelogy. Melalui pendekatan regeneratif dan inovasi dari tanaman sederhana selama dipadukan dengan riset, ketelitian, dan komitmen pada keberlanjutan, bisa jadi potensi bisnis yang menjanjikan.

Lahir di masa pandemi global, Treelogy berangkat dari sebuah keyakinan bahwa kesehatan manusia tidak bisa dipisahkan dari kesehatan bumi.

Awalnya yang hanya menjadi renungan, kini berkembang menjadi industri regeneratif yang memulihkan tanah, memberdayakan petani, dan menguatkan posisi Indonesia di ekonomi hijau.

Founder and CEO Treelogy, Sacha Aguila menyebutkan Treelogy bukan sekadar mengembangkan moringa. Tapi hadir dalam sebuah gerakan untuk mengembalikan Indonesia sebagai pusat wellness dunia.

"Moringa bisa diolah dan memiliki high value ketika dikembangkan dengan inovasi. Dipastikan moringa kami bebas batang, dipanen saat fajar, dan didehidrasi pada 38°C, untuk menjaga kepadatan nutrisi jauh di atas norma industri,” ungkap Sacha Aguila kepada wartawan, Rabu (26/11/2025).

Pola regenerasi yang diterapkan, lanjut Sacha, bukan teori. Itu adalah praktik yang menyehatkan tubuh, membangun kembali komunitas, dan menjaga keberlanjutan bumi.

"Visi kami adalah mendefinisikan ulang wellness sebagai sistem regeneratif yang menutrisi tubuh, membangun kembali ekonomi lokal, dan memulihkan simbiosis kita dengan alam," ucapnya.

Menurutnya, filosofi Treelogy yakni People Care, Earth Care, dan Future Care menjadi kompas bagi setiap keputusan, dari pengelolaan lahan hingga produk sampai di tangan konsumen.

Setiap langkah dirancang untuk membawa dampak baik yang terukur bagi manusia maupun alam. Salah satu kekuatan utama Treelogy terletak pada metode panen manual yang sangat presisi.

Setiap lembar daun moringa dipetik dan dipisahkan oleh perempuan lokal dengan kecepatan rata-rata 65 gram per jam. Ritme ini memang lambat, tetapi menjamin setiap batch berisi 100 persen daun murni tanpa batang.

Setelah dipanen, daun kelor atau moringa menjalani proses pengeringan selama 22 jam pada suhu 38°C untuk menjaga profil fitonutrien tetap utuh. 

Seluruh proses produksi berlangsung di fasilitas Treelogy sendiri di Bali Timur yang telah berlisensi BPOM serta mengantongi sertifikasi ISO, GMP, dan HACCP. 

Integrasi penuh dari kebun hingga kapsul memastikan transparansi dan kontrol mutu di setiap tahap. Pendekatan yang teliti dan pelan namun pasti ini justru menjadi kekuatan terbesar Treelogy.

Dengan menempatkan kualitas, keterbukaan, dan keadilan kerja sebagai prioritas, moringa produksi Treelogy menempati kelas premium dunia.

Pertumbuhan Treelogy pun terjadi secara organik dibangun lewat konsistensi, kepercayaan, dan bukti nyata. Mayoritas pendukung utamanya adalah konsumen milenial dan Gen Z yang mengutamakan autentisitas dan tujuan jelas di balik sebuah produk.

Bagi para kaula muda, membeli Treelogy bukan hanya soal nutrisi, tapi juga berpartisipasi dalam gerakan regeneratif untuk masa depan Indonesia.

Selain produk nutrisi, Treelogy juga memproduksi minyak biji moringa cold-pressed yang kaya antioksidan dan asam oleat, bermanfaat untuk melembapkan, menenangkan, dan memperkuat lapisan pelindung kulit.

Kombinasi produk untuk kesehatan dari dalam dan luar ini sejalan dengan keyakinan Treelogy bahwa kesehatan adalah sesuatu yang utuh apa yang menyehatkan tubuh seharusnya juga memulihkan bumi.

Dampak Treelogy tidak berhenti di produk. Melalui regenerative incubator, perusahaan ini membuka akses data pertanian dan teknik budidaya regeneratif secara terbuka kepada komunitas di seluruh Indonesia.

Gerakan ini memastikan regenerasi tidak hanya menjadi milik perusahaan, tetapi menjadi praktik kolektif.  Kepedulian Treelogy juga dimulai dari pekerjanya sendiri. 

Seluruh staf mendapat upah 36,9 persen di atas UMR disertai kondisi kerja yang aman dan manusiawi. Hasilnya bukan hanya lapangan pekerjaan yang stabil, tetapi juga tumbuhnya kembali rasa bangga terhadap profesi bertani martabat yang berakar dari tanah yang dirawat.

Kini produk Treelogy mulai mendapat pengakuan internasional sebagai tolok ukur baru perusahaan etis asal Indonesia. Dari sehelai moringa (daun kelor), Indonesia sedang menulis bab baru inovasi hijau dan kemakmuran regeneratif. (*)

Editor : Rizki Maulana

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network