get app
inews
Aa Read Next : Haru Suandharu soal Nama Cagub Jabar dari PKS: Tunggu Keputusan DPP

Ketimbang Netty Heryawan, Haru Suandharu Dinilai Lebih Berpeluang di Pilgub Jabar 2024

Senin, 25 Juli 2022 | 12:04 WIB
header img
Chief Operasional Officer Poldata Indonensia Consultant, Mohamad Grandy Ramdhana. (Foto: Ist)

BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA - Lembaga survey Poldata Indonensia Consultant memprediksi Haru Suandharu akan lebih berpeluang jika maju dalam Pilgub Jabar 2024 ketimbang Netty Heryawan.

Meski Netty Heryawan dinilai lebih populer di internal partai, namun dirinya justru akan kesulitan mendapatkan surat rekomendasi dari Partai Keadilan Sejahtera. Sebab, permasalahan gender masih menjadi penghabat Netty dalam Pilgub Jabar mendatang.

Chief Operasional Officer Poldata Indonensia Consultant, Mohamad Grandy Ramdhana mengakui, jika nama Netty Heryawan cukup populer dikalangan masyarakat dibanding Ketua DPW PKS, Haru Suandharu.

Menurutnya, Netty sebagai istri dari mantan Gubernur Jawa Barat dua priode Ahmad Heryawan menjadi faktor utama popularitas dan elektabilitasnya cukup tinggi.

"Secara popularitas Netty Heryawan sebagai istri mantan Gubernur Jabar 2 periode jelas lebih dikenal oleh masyarakat. Kiprah beliau selama mendampingi Kang Aher menjadi Gubernur juga memiliki kesan tersendiri di masyarakat Jawa Barat. Dua hal tersebut jadi poin plus untuk Netty," kata Grandy di Bandung, Senin (25/7/2022).

Grandy mengungkapkan, saat ini ada dua nama yang sudah menjadi perbincangan di internal PKS untuk Pilgub Jabar 2024. Selain Netty, ada nama ketua DPW PKS Haru Suandharu yang belakang sudah mulai hangat.

Namun, jika melihat selama perhelatan pilkada, PKS tidak pernah mengusung Calon Kepala Daerah wanita dari internal partai.

"Tapi PKS sebagai partai Islam nampaknya agak sulit untuk mengusung figur perempuan sebagai calon kepala daerah. Tampaknya PKS akan lebih condong ke figur Haru sebagai Ketua DPW PKS walaupun tidak sepopuler Netty tapi Haru tidak akan menimbulkan resistensi di kalangan pemilih tradisional PKS," jelasnya.

Meski saat ini PKS sudah mengklaim sebagai partai terbuka, namun menurut Grandy, para pemilih tradisional PKS masih sulit untuk menerima pemimpin perempuan.

"Walaupun PKS telah mengklaim sebagai partai terbuka, tapi suara mayoritas dari pemilih tradisional PKS jelas jadi pertimbangan partai dalam menentukan pilihan," ungkapnya.

"Seperti kita ketahui bahwa pemilih tradisional PKS mayoritas berasal dari kelompok islam fundamentalis yang kemungkinan besar akan memiliki resistensi terhadap calon kepala daerah perempuan," tandasnya.

Editor : Rizal Fadillah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut