Kota Bandung Pernah Dilanda Banjir Hebat 66 Tahun Silam, Begini Dampaknya
BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA - Banjir nampaknya bukan barang baru bagi Kota Bandung. Kota berjuluk Paris Van Java ini pernah juga dilanda banjir hebat 66 tahun lalu, tepatnya 28 November 1952.
Hal ini diketahui dari arsip surat kabar berbahasa Belanda yang tersimpan di Koninklijke Bibliotheek Delpher Belanda. Banjir hebat itu diwartakan Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode sehari setelahnya atau 29 November 1952.
Akibat dari hujan lebat yang melanda mulau pukul 19.00 WIB, kawasan Pusat Kota Bandung yang kini Jalan Asia Afrik dan Alun-Alun Bandung dilanda banjir besar. Banyak rumah warga yang terendam dan terseret oleh derasanya aliran air.
Dalam situasi tersebut, banyak didirikan penampungan darurat dan ada juga warga yang mengungsi ke tempat lebih aman. Salah satu tempat yang membuat penampungan adalah Maison Bogerijen (kini Braga Permai).
Restoran elite yang berada di Jalan Braga itu membuka pintu lebar-lebar untuk penampungan para tunawisma alias gelandangan dari kawasan Braga.
Salah satu saksi mengatakan, air di kediaman mereka hingga setenggi paha dari setengah tinggi menjadi setengah penuh.
Diceritakannya, air bah berwarna cokelat keruh dan tampak berputar-putar dengan gelombang setinggi satu meter.
"Cikapundung (Sungai Cikapundung) berubah drastis menjadi luapan air yang besar, padahal biasanya adalah lokasi degan pemandangan menarik,” kata warga itu.
Selain itu, banyak pula warga yang mengungsi dan berdiri di atas jembatan yang terletak di antara Jalan Wastukancana serta Jalan Kebon Sirih. Mereka tak luput menyaksikan pemandangan dahsyatnya arus deras air dengan ombak tinggi, serta pusaran air di sungai.
Kondisi air mulai tenang saat malam hari tiba. Namun akibat banjir tersebut, lapisan lumpur tak terelakan di rumah-rumah dan jalan-jalan.
Jalan Kebon Sirih lalu ditutup untuk lalu lintas pagi harinya, lantaran ruas jalan tertutup lumpur setebal setengah meter.
Kemudian, tanah di bawah 5 warung-warung kecil Jalan Raya Pos (kini Jalan Asia Afrika) antara Vorkink serta Alun-alun ambles.
Menggunakan becak dan truk, para pemilik toko dan warung tergesa-gesa membawa barang-barang ke tempat yang lebih aman.
Hingga awal Desember 1952, efek situasi banjir hebat akibat luapan Sungai Cikapundung masih berdampak.
Banyak pihak memberikan bantuan pakaian serta makanan untuk para korban banjir Cikapundung seperti diwartakan spada 2 Desember 1952. Kemudian dibentuk sekretariat koordinator pusat bantuan korban banjir Cikapundung, bertempat di Jalan Dago No. 311 (untuk bantuan berupa barang), dan bantuan uang dikoordinasikan di Javasche Bank Jalan Braga 72 (kini Bank Indonesia).
Editor : Zhafran Pramoedya