BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID - Bergabungnya Ridwan Kamil dengan Partai Golkar disinyalir masih mengharapkan tiket capres/cawapres. Peluang maju di Pilpres 2024 dianggap Gubernur Jawa Barat bersama timnya masih terbuka lebar.
Pengamat politik dari Unpad, Muradi menilai, langkah polItik Ridwan Kamil setelah menjadi orang nomor satu di Jabar akan terlihat menjelang pendaftaran capres/cawapres. RK akan menentukan langkah politiknya di detik akhir tersebut.
Opsinya, kata Muradi, RK mengincar rezeki nomplok dengan terjadinya Munaslub di Golkar. Sehingga akan ada pemilihan ketua baru dan amanat pilpres baru. Kedua, opsi terburuknya RK kembali maju di Pilgub Jabar.
"Apakah terjadi Munaslub sebelum pencalonan presiden, atau RK kemudian dapat durian runtuh atau rezeki nomplok. Airlangga (misal) bilang saya gak punya potensi bagus saya serahkan dukungan ke RK. Kalau tidak munaslub, bisa terjadi begitu (maju pilgub)" kata Muradi saat dihubungi, Selasa (24/1/2023).
Selain itu, Muradi melihat ada tiga alasan lain yang membuat mantan Wali Kota Bandung ini memlih bergabung dengan Golkar. Pertama, dalam politik harus ada keberlanjutan dari pembanding.
Muradi lantas membandingkan antara Partai Golkar dan Partai Nasdem. Di mata Muradi, partai besutan Airlangga Hartarto itu lebih kuat di Jabar.
"Golkar pernah juara, pernah lama di Orde Baru, dia akaranya kuat. Dia punya sistem yang memungkinkan RK jauh lebih manuver di level nasional. Ada keberlanjutan," beber Muradi.
Selanjutnya, soal kenyamanan. Muradi menilai, RK lebih nyaman bergabung dengan Golkar dibanding Nasdem. Sebab partai pimpinan Surya Paloh sudah mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
"Kalau Nasdem belum ngusung Anies bisa jadi peluang 50:50, pilih Golkar atau Nasdem. Jadi akhirnya kenyamanan," tutur Muradi.
Bagi Muradi, Ridwan Kamil memilih partai berlambang beringin ini lantaran kader-kader di dalamnya tidak sekuat Anies. Selevel Airlangga Hartarto belum bisa dibandingkan dengan Anies Baswedan.
"Airlangga Hartarto tier ketiga, kelompok ketiga. Kelompok ketiga itu di bawah 3 persen," ucapnya.
Maka dari itu, kata Muradi, RK melihat masih memiliki peluang dijadikan capres/cawapres dari Golkar. Sebab Airlangga Hartarto belum sesuai dengan harapan Munas Golkar.
"Sampai hari ini elektabilitasnya (Airlangga) tidak lebih dari 3 persen," katanya.
Terakhir atau poin ketiga yaitu soal daya jelajah politik. Dibanding Nasdem, Golkar memiliki pengalaman, basis dan jaringan yang kuat.
Dengan gaya kepemimpinan RK yang populis, gerak langkahnya akan semakin lincah ketimbang bergabung dengan PDIP maupun PKS yang memiliki ideologi yang ketat.
"Artinya dengan daya jelajah yang lebih besar ini, posisi RK jauh lebih kompetitif di Golkar ketimbang di Nasdem," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya