BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Kemacetan yang dipersoalkan masyarakat di Kota Bandung mudah saja dibereskan. Sebab benang merah penyelesaikan kemacetan ini ada di tangan pemimpinnya.
Begitu dikatakan pengamat transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono saat dihubungi, Selasa (14/2/2023).
"Gak sulit sebenarnya, tinggal konsisten, artinya Pemerintah Kota Bandung sebelumnya sudah meletakkan dasar-dasar angkutan umum, yang sekarang meletakan. Yang berikutnya harus nerusin," kata Sony.
Sony menegaskan, meneruskan program penyelesaian kemacetan di Bandung tidak melulu harus menonjolkan sesuatu yang heboh. Misalnya ingin membangun Light Rail Transit (LRT), ini butuh konsistensi jangka panjang.
"Tapi bagaimana pimpinan yang sekarang dan yang berikutnya berani meneruskan kebijakan-kebijakan yang sebelumnya, merapihkan kegagalan-kegagalan sebelumnya, mensinkronkan dimana kegagalan itu yang selama ini gak berhasil," jelas Sony.
Apabila itu sudah dimengerti, langkah selanjutnya pemimpin di Kota Bandung tinggal memahami kondisi sekarang yang ada. Sebab meneruskan program pemimpin sebelumnya bukan perkara mudah.
"Jujur saja rencana-rencana itu (bangun LRT) baru planning, tetapi dernya mulainya tuh mau kapan. Mau buat LRT, koridornya dimana, titik stasiunnya dimana, posisinya mau elevated dalam tanah atau di atas tanah," beber Sony.
Jika hal itu sudah diputuskan, maka yang harus ditanyakan adalah sejauh mana rencana pembebasan lahannya. Pasalnya, hal ini penting untuk mengetahui bahwa pembangunan LRT ini memang akan direalisasikan.
"Apakah sudah ada rencana pembebasan lahan untuk bangun stasiunnya, untuk bangun LRT-nya, kan belum ada," ucap Sony.
Menurut Sony, paling mudah mengetahui program itu akan direalisasikan adalah melihat dari APBD. Jika anggaran pembangunan atau pembebasan lahannya ada, sudah dipastikan berarti LRT serius dilaksanakan.
"Jadi kalau pemerintah mengatakan Bandung akan bangun LRT 2023 misalnya, sekarang kita lihat di anggaran 2023 sudah ada alokasi pembebasan lahan gak. Kalau gak ada, berarti belum ada," tegasnya.
"Karena itu, selama fisik belum terlihat itu tidak ada kemajuan. Itu hanya wacana aja," tandasnya.
Sebelumnya, Kabid Lalu Lintas dan Perlengkapan Jalan Dishub Kota Bandung, Khairul Rijal mengungkapkan, penyebab utama lalu lintas di Kota Bandung sering macet, yakni jumlah kendaraan nyaris sama dengan penduduk.
Menurut Rijal, saat ini jumlah penduduk di Kota Bandung sebanyak 2,4 juta orang, sementara total populasi kendaraannya, ada 2,2 juta unit. Artinya hampir tiap satu orang di Bandung mempunyai satu kendaraan bermotor.
"Volume kendaraan saat ini yang domisili Kota Bandung saja itu sudah 2,2 juta unit, dengan 1,7 juta motor dan mobil 500.000-an, nyaris satu banding satu dengan jumlah masyarakat," kata Rijal.
Di sisi lain, Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan, target pembangunan transportasi umum berbasis kereta api yaitu LRT di kawasan Bandung Raya akan dimulai pada 2023 ini.
Terlebih Yana menyatakan, satu koridor yang bakal menjadi rute awal pembangunan jalur LRT Bandung Raya ini telah disepakati dan diketahui Gubernur Jabar, Ridwan Kamil.
Tetapi Yana tak menampik, biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun proyek LRT Bandung Raya sebagai salah satu solusi mengurangi kemacetan di jalan ini tidaklah sedikit.
“Sebenarnya kami juga ingin transportasi berbasis kereta (termasuk LRT) tapi investasinya cukup tinggi," kata Yana, Kamis 19 Januari 2023.
Editor : Zhafran Pramoedya