Kepala Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mengatakan, mekanisme pengamatan atau rukyat hilal akan menggunakan teleskop yang otomatis terintegrasi dengan teknologi informasi. Data pengamatan hilal itu bakal dikirim langsung atau secara real time ke server di BMKG pusat guna disimpan juga disebar luaskan secara daring ke seantero dunia melalui laman BMKG.
Pengamatan hilal di Garut, lanjut Rahayu, rencananya juga dilakukan bersama Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Garut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang kini bernaung di Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), juga Pusat Observasi Falak dari Pesantren Suffah Al-Jamaah di Tasikmalaya.
Berdasarkan data prakiraan cuaca pada 22 Maret 2023 di wilayah Cikelet, Garut, pada siang sampai malam hari diperkirakan dalam kondisi berawan dengan potensi hujan ringan.
“Hilal berpotensi untuk teramati apabila cuaca cerah,” ujar Rahayu.
Kemenag sejak 2022 menggunakan kriteria baru penentuan awal bulan Hijriah. Kriteria tersebut mengacu hasil kesepakatan Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada 2021.
Editor : Zhafran Pramoedya