get app
inews
Aa Read Next : Rekomendasi 4 Kuliner Khas Kuningan, Ada Kwecang

Di Balik Kecanggihan ChatGPT, Ada Risiko yang Intai Bidang Akademik

Kamis, 18 Mei 2023 | 11:10 WIB
header img
ChatGPT yang dikembangkan OpenAI sangat bisa berisiko bagi dunia akademik. Foto ilustrasi: Internet

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Cara manusia berinteraksi dengan mesin seakan berubah setelah kehadiran ChatGPT sebagai model bahasa alami canggih yang dikembangkan oleh OpenAI. Kemampuan ChatGPT untuk berkomunikasi dengan pengguna dalam bentuk percakapan alami sudah memicu tantangan baru dalam dunia kecerdasan buatan.

Menurut Dosen pada Kelompok Keahlian Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Ayu Purwarianti, ada beberapa risiko yang harus dipertimbangkan saat memanfaatkan ChatGPT, misalnya seputar regulasi, isu plagiarisme, serta etika dalam pemanfaatan ChatGPT, khususnya dalam lingkup akademik.

Ayu tak menampik ChatGPT sangat bermanfaat untuk membantu manusia belajar. Akan tetapi Ayu menyoroti tujuan dari manusia atau mahasiswa saat akan menggunakannya.

"Kalo misalnya mahasiswa disuruh bikin essay dengan tujuan supaya bisa memiliki kemampuan analisis yang lebih tinggi, serta lebih kritis dan kreatif maka jangan menggunakan ChatGPT. Silakan membuat essay dengan kalimat sendiri dan nanti dibandingkan dengan hasil ChatGPT,” kata Dr. Ayu seperti dimuat laman ITB, Kamis (18/5/2023).

Dr. Ayu lantas mengingatkan untuk lebih bijak lagi saat menggunakan ChatGPT sebagai alat untuk belajar, lantaran risiko ChatGPT juga sangat banyak. Risiko pertama yakni, tidak akuratnya informasi serta jawaban yang diberikan oleh ChatGPT, sehingga diharapkan supaya pengguna melakukan validasi atau mencari sumber lain yang lebih terpercaya dalam mencari suatu informasi.

Risiko yang lain yakni terkait plagiarisme yang mana kita tidak tahu sumber data serta jawaban yang diberikan oleh ChatGPT. Sehingga untuk beberapa kasus yang terkait dengan hak cipta, seperti pembuatan buku serta copywriting, jangan memberikan ChatGPT guna melakukan take over lantaran tetap tanggung jawab terakhir ada pada manusia.

Risiko selanjutnya juga bisa menimbulkan potential misuse, lantaran ChatGPT dapat kita tanya untuk membuat kode program seperti jailbreak atau sesuatu yang memang untuk menelusuri security.

Namun dengan semua risiko yang ada, sangat sulit juga guna menahan pengembangan Chat GPT, lantaran saat ini malah banyak orang yang berlomba-lomba dalam mengembangkan sesuatu seperti ChatGPT dengan harga yang lebih rendah.

European Union (EU) menganggap ChatGPT sebagai sesuatu yang high risk, dan di Indonesia belum ada aturan spesifik terkait penggunaan ChatGPT. UNESCO telah memberikan rekomendasi terkait risiko penggunaan AI, namun kesiapan setiap negara berbeda-beda untuk dapat mengikutinya.

“Setiap institusi memiliki caranya sendiri dalam menyikapi ini,” tandassnya.

Saat ini memang ada tools check plagiarism, namun untuk cek hasil dari ChatGPT cukup sulit lantaran target dari generator yaitu membuat text yang semirip mungkin dengan manusia. Jadi untuk melihat suatu text merupakan buatan mesin atau manusia dari gaya tulisnya biasanya tidak berhasil.

Editor : Zhafran Pramoedya

Follow Berita iNews Bandungraya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut