BANDUNG,INEWSBANDUNGRAYA.ID - Tren penyebaran berita palsu (hoax) terutama melalui dunia maya tidak bakal surut. Hoax bakal tetap ada karena efektif digunakan untuk menghantam berbagai kepentingan.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi penyebaran hoax di media sosial, mahasiswa magister Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba) menggelar webinar nasional. Tema yang diusung adalah "Jurnalisme Islam, Katalisator di Tengah Badai Hoax di Media Sosial" yang dilaksanakan secara online, Selasa (13/6/2023).
Webinar nasional ini dihadiri dekan Fikom Unisba sekaligus Guru Besar Ilmu Komunikasi Unisba, Atie Rachmiatie, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) sekaligus jurnalis Metro TV, Edwan Hadnansyah, Fotografer Lepas Ryan Suherlan, dan Keynote Speaker Ketua DPRD kota Cimahi, Ahmad Zulkarnain.
Pada sambutannya, Prof Atie Rachmiatie mengatakan, webinar ini merupakan salah satu kegiatan untuk melawan berita bohong atau hoax yang kerap kali banyak merugikan masyarakat. Peran media mainstream sangat berperan penting, karena jika jurnalis sudah menginformasikan jangkauannya pasti luas.
"Hoax bisa dihilangkan ketika media mainstream menjalankan perannya untuk menyampaikan informasi yang benar dan seluas-luasnya," ucapnya.
Ketua DPRD Kota Cimahi Ahmad Zulkarnain menilai, seharusnya untuk menyebarkan informasi di media sosial atau media mainstream berpegangan pada jurnalisme Islam. Bahwa sudah ditegaskan agar berita tidak fitnah atau bohong, maka harus tabayun.
"Peran DPRD atau jabatan publik sangat erat kaitannya dengan para pelaku media, dan mendorong menciptakan kebebasan pers yang berkualitas dan bersama-sama memerangi hoax di kehidupan sehari hari," kata politisi PKS ini.
Sementara Ketua IJTI Korda Kota Cimahi dan Bandung Barat, Edwan Hadnansyah menyebutkan, hoax akan menimbulkan gejolak sosial dan bentrok horizontal. Pers, sebagai pilar keempat demokrasi, memiliki pengaruh yang sangat besar. Media arus utama harus mampu menyajikan berita yang akurat, berimbang, dan memihak kebenaran guna membendung hoax yang masif diproduksi dan beredar luas di media sosial (medsos).
Kuatnya dominasi medsos tak serta merta membuat publik meninggalkan media mainstream, karena media arus utama bisa menjadi pembanding. "Dewan pers yang merilis daftar media mainstream yang tersertifikasi baru-baru ini, menjadi upaya mengedukasi publik dalam memilih informasi dari media yang kredibel," ucapnya.
Fotografer lepas Ryan Suherlan menambahkan, etika berkomunikasi Islam di media sosial penting untuk menghindari berbagai dampak negatif dari pengaruh berita hoax dan menjauhi larangan-Nya. Melalui foto juga bisa melihat bagaiman ciri-ciri visual yang mengandung unsur hoax dan cara mengantisipasinya seperti apa.
Kegiatan webinar nasional ini diikuti oleh sebanyak 153 peserta seperti dari dosen, jurnalis, dan sejumlah mahasiswa di Bandung Raya. Mereka sangat antusias dalam sesi tanya jawab. Para peserta berharap kegiatan webinar seperti ini terus dilakukan untuk mengetahui literasi media dan tentunya bisa mengantisipasi penyebaran hoax. (*)
Editor : Rizki Maulana