Di sisi lain, Ferry menilai bahwa polarisasi harus dilihat dalam konteks yang luas. Sebab jika dalam konteks yang positif, polarisasi bisa diartikan sebagai sebuah kebhinekaan.
"Tapi ketika polarisasi itu sudah masuk ke wilayah yang memang negatif. Itu yang harus kita hindarkan. Dan semangat ini muncul dalam konteks pecah belah, adu domba, dan lain sebagainya," paparnya.
Kemudian, lanjut Ferry, polarisasi juga bisa muncul di ruang yang lebih luas lagi. Ketika kebohongan terus dipupuk dan dijejali khususnya di media sosial (medsos) maka itu akan dianggap sebagai sebuah kebenaran.
"Di era post truth, kebohongan yang ada di publik dan diorganisir, dimuatkan dengan media sosial, maka akan jadi kebenaran yang memang itu muncul. Itu sumber polarisasi yang luar biasa," ucapnya.
Ferry berharap, politisasi identitas dan polarisasi tidak terjadi di pesta demokrasi mendatang. Bila perlu masyarakat bisa menghindarinya sejak dini.
Editor : Zhafran Pramoedya