BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan alasan mengapa suhu udara di Bandung Raya lebih panas dibanding biasanya. Suhu panas tergolong ekstrem itu mencapai 35 derajat celsius.
Menurut Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, tergolong ekstrem itu karena suhu harian di Bandung Raya rata-rata 29-30 derajat celsius pada siang hari.
"Suhu ekstrem itu terjadi karena saat ini musim kemarau panjang yang dipengaruhi fenoma El Nino," ucap Teguh dalam keterangannya, Senin (9/10/2023).
Teguh mengatakan, suhu ekstrem tercatat pada tanggal 1, 3, 6, 7 dan 8 Oktober. Suhu pada 2 Oktober mencapai 33,1 derajat celcius.
Sedangkan pada 3 Oktober suhu tercatat 33,2 derajat celcius. Kemudian pada 4 Oktober turun menjadi 31,6 derajat celcius. Selanjutnya pada 5 Oktober sebesar 32,6 derajat celcius.
"Sementara pada 6 Oktober, suhu di Kota Bandung dan sekitarnya mencapai 34,6 derajat celcius. Kemudian, 7 Oktober 34,6 derajat celcius dan 8 Oktober 35,6 derajat celcius. Ini suhu ekstrem di Bandung. Sebab, kondisi normal harian suhu udara selama Oktober di Kota Bandung yaitu 30,1 derajat celcius," tuturnya.
Teguh mengatakan, disebut suhu udara ekstrem karena suhu naik 3-4 derajat celcius atau di atas normal. Namun, hingga hari ini belum terjadi kembali cuaca panas ekstrem.
"Hingga hari ini belum terjadi lagi suhu maksimum ekstrem di Kota Bandung," ungkapnya.
Teguh mengatakan, penyebab cuaca panas ekstrem karena pengaruh El Nino dan IOD yang membuat musim kemarau lebih kering. Selain itu awan yang relatif sedikit dibandingkan kondisi normal.
"Dengan kondisi itu maka permukaan bumi pada siang hari menjadi lebih panas, karena tidak ada penyerapan maupun proses pemantulan sinar gelombang pendek yang dipancarkan oleh matahari," katanya.
Saat ini, terjadi perbedaan tekanan udara antara satu lokasi dengan lokasi lain yang menyebabkan kecepatan angin meningkat dengan skala lokal.
Kondisi panas terik disertai angin kencang pada siang hingga sore hari adalah kondisi cuaca yang lazim terjadi saat puncak musim kemarau.
"Masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun mempersiapkan diri untuk mengurangi risiko bencana seperti menggunakan tabir surya apabila sering berkegiatan di luar ruangan pada siang hari," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya