BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Selain banjir dan sampah, masalah lain yang kerap melanda Kota Bandung adalah terkait kemacetan. Hanya saja, permasalahan ini juga sering terjadi di kota-kota besar lainnya.
Di Kota Bandung, kemacetan lalu lintas paling mencolok sering terjadi di Jalan Dr Djundjunan atau Pasteur yang merupakan pintu gerbang kota. Arus lalu lintas di kawasan Pasteur selalu padat, terutama pada pagi dan sore hari.
Kemacetan panjang terlihat dari arah pintu keluar gerbang Tol Pasteur hingga persimpangan yang menuju jalan-jalan utama di pusat kota.
Selain itu, kepadatan arus kendaraan juga kerap terjadi di beberapa titik lain, seperti perempatan Kiaracondong-Jalan Soekarno-Hatta (Soetta) atau perempatan Samsat serta Jalan Sukajadi.
Tak sampai disitu, kemacetan semakin parah jika memasuki akhir pekan atau setiap libur panjang tiba. Pasalnya, Kota Bandung menjadi salah destinasi favorit kunjungan wisatawan domestik, terutama dari Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).
Puluhan ribu kendaraan wisatawan dari Jabodetabek memenuhi kawasan wisata, terutama Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Pelaksana harian (Plh) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, Ricky Gustiadi mengatakan, salah satu penyebab utama kemacetan di ibu kota Provinsi Jawa Barat ini karena volume kendaraan yang nyaris sama dengan jumlah penduduk. Bahkan, jumlah kendaraan itu lebih tinggi dibanding persentase ruas jalan.
Menurutnya, volume kendaraan di Kota Bandung didominasi sepeda motor. Berdasarkan data yang diperoleh saat ini jumlah penduduk Kota bandung mencapai 2,4 juta jiwa, sedangkan total populasi kendaraan mencapai 2,2 juta unit.
"Artinya hampir tiap satu orang (di Kota Bandung) memiliki satu kendaraan bermotor," ucap Ricky, Rabu (11/10/2023).
Ricky mengatakan, kemacetan terjadi karena tingginya pergerakan kendaraan di Kota Bandung setiap hari. Itu bisa dipantau di perempatan Kiaracondong-Soekarno-Hatta (Soetta).
Banyak warga dari wilayah timur dan selatan yang melintas di Jalan Soekarno-Hatta untuk menuju pusat kota.
"Tidak hanya itu kemacetan di Kota Bandung juga terjadi karena 70 persen mobilitas penduduk Kota Bandung menggunakan kendaraan pribadi. Hanya 30 persen angkutan umum," ungkapnya.
Karena itu, Pemkot Bandung tahun ini menargetkan 92 persen level of servis sebanyak 115 ruas jalan berada di level C, B, dan A atau dalam kondisi baik.
"Namun hingga saat masih ada 28 ruas jalan di Kota Bandung yang berada di level D dan E atau kurang baik yang menjadi sumber utama kemacetan," tuturnya.
Ricky mengatakan, selain melakukan manjemen rekayasa lalu lintas dan meningkatkan kualitas jalan, Pemkot Bandung juga berusaha mengurai kemacetan dengan membangun sistem angkutan umum massal berbasis jalan raya dan rel, sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi.
"Kami berharap di Kota Bandung nanti ada kebijakan perumusan integrasi public transport baik oleh Pemprov Jabar maupun pemerintah pusat," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah