get app
inews
Aa Text
Read Next : Binus Bandung Nonton Bareng Film JUMBO, Dukung Karya Binusian di Industri Kreatif Digital

Film Romansa Di Balik Pagar Akal dan Penjara Segara Diputar pada Fesbul 2023 di Bandung

Jum'at, 01 Desember 2023 | 08:30 WIB
header img
Film Romansa Di Balik Pagar Akal dan Penjara Segara Diputar pada Fesbul 2023 di Bandung. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Festival Film Bulanan (Fesbul) menggelar Road to Awarding Night sebagai bagian dari komitmen untuk membuka akses, jaringan, dan distribusi bagi karya-karya anak bangsa

Acara ini merupakan pemutaran 20 Film Terpilih Fesbul 2023 yang menjadi nominee pada Malam Anugerah. Pemutaran ini dilakukan di 10 titik XXI di seluruh Indonesia, termasuk kota-kota seperti Bandung, Yogyakarta, Jambi, Lombok, Makassar, Padang, Pontianak, Ambon, Jakarta, dan Jayapura.

Di Kota Bandung sendiri, ada dua film yang diputarkan yakni Romansa Di Balik Pagar Akal yang diproduksi Hura Haru Film, kemudian dan Penjara Segara yang diproduksi Prodi Film dan Televisi UPI. Pemutaran film berlangsung di Empire XXI Bandung Indah Plaza (BIP) pada Kamis (30/11/2023) malam.

Sutradara film Romansa Di Balik Pagar Akal, Rifqi Asha Prawira mengatakan, film bergenre dokumenter ini menceritakan tentang sepasang mantan pasien ODGJ yang kemudian dinikahkan di Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh Sepanjang Jaya yang ada di Bekasi. Film ini memiliki durasi tayang 30 menit.

"Ini pertama kalinya ada sepasang ex-pasien ODGJ yang kemudian dinikahkan di Yayasan Galuh Sepanjang Jaya, bahkan mungkin di yayasan-yayasan yang lain belum ada case sepasang ex-pasien itu menikah. Biasanya hanya antara perawat dan ex-pasien itu ada," ucap Rifqi.

Rifqi mengatakan, filmnya ini lebih mengisahkan tentang kegelisahan, keresahan mereka yang menginginkan hidup yang lebih layak, namun terbatas oleh kondisi mereka sendiri.

"Kekhawatiran mereka tinggi ketika keluar dari yayasan karena stigma dan stereotip buruk dari masyarakat yang masih menganggap ODGJ itu adalah orang-orang yang maaf secara tidak langsung buruk. Padahal mereka secara perasaan itu tidak hilang, mereka masih merasakan sedih, senang, sakit, dan lain-lain," tuturnya.

Lewat filmnya ini, kata Rifqi, dirinya ingin menyuarakan jika merasa resah dengan keberadaan ODGJ yang ada di jalanan, jangan lantas jadi takut tapi tetap waspada.

Menurutnya, dengan kepedulian seharusnya masyarakat bisa lebih peduli membantu mereka dengan melaporkannya ke Dinas Sosial terkait atau LSM atau kepolisian terdekat agar mereka bisa dialihkan ke tempat yang lebih baik.

"Saat mereka ditempatkan ke tempat yang lebih baik, mereka akan berangsur pulih. Sama seperti kita saat resah dengan keberadaan mereka, mereka sudah tidak berada di tempat tersebut kita juga merasa lebih aman dan mereka juga akan berangsur pulih di tempat seperti Yayasan Galuh Sepanjang Jaya ini," bebernya.

Rifqi menyebut, Yayasan Galuh Sepanjang Jaya ini bukan lembaga pemerintah tapi yayasan mandiri. Dipilihnya tempat ini pun berdasarkan pengalaman yang dirasakan langsung oleh Rifqi.

"Kenapa memilih di sana? Karena kebetulan pengalaman saya, almarhumah bibi adik dari bapak kebetulan ex-pasien di sana ketika 2017. Sebelumnya pernah ke sana dan melihat kondisi di sana secara fasilitas mungkin lebih baik," katanya.

"Cuman secara kapasitas di sana tuh overload, seharusnya kapasitas yang hanya 300 pasien, mereka terakhir ke sana ada sekitar 450 pasien dengan 50 pengurus dan perawat yang hidup mayoritas berbarengan dengan pasien di lingkungan yayasan itu sendiri," tambahnya.

Rifqi mengakui, dari film ini dirinya baru menyadari jika ada hak-hak ODGJ yang diatur dalam Undang-undang. Bahkan, suara mereka di pemilu pun dinilai sah.

"Emang itu yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Lalu ternyata ODGJ ini juga kan suaranya sah ketika Pemilu. Pemerintah harus lebih aware terhadap yayasan-yayasan yang ada di Indonesia," imbuhnya.

"Orang-orang yang dianggap maaf tidak sempurna secara fisik, tidak sempurna secara akal, bukan berarti kita lebih baik dari mereka. Bisa saja mereka memiliki hati atau perasaan atau bahkan pikiran yang lebih baik daripada kita yang menganggap mereka bukan maaf manusia normal pada umumnya," lanjutnya.

Sementara itu, Sutradara film Penjara Segara, Rahadian Navanka Samhudi mengatakan, film berdurasi 28 menit ini berkisah tentang bagaimana sistem konservasi lumba-lumba bekerja di Indonesia dan semua seluk-beluknya.

"Kita menemukan bahwa konservasi yang ada di Indonesia itu jauh lebih mengerikan daripada apa yang kita lihat, karena yang kita lihat selalu tentang kesenangan, tentang rekreasi, tentang pariwisata," ucap Rahadian.

Rahadian mengaku, selama ini dirinya berpikir jika pertunjukan lumba-lumba adalah sebuah kesenangan. Namun setelah melewati pembuatan film ini, dirinya tersadar jika semua omongan itu hanya manis di depan mata. 

"Karena apa yang akhirnya saya lihat di sini tuh ga ada baiknya sama sekali untuk si lumba-lumba, mereka itu disiksa, mereka jadi terpenjara aja gitu," ungkapnya.

Oleh karena itu, Rahadian menilai, pentingnnya untuk mengangkat isu soal lumba-lumba dan bagaimana cara mereka diurus.

"Dont buy a ticket, sebenarnya itu campaign yang saya lanjutkan dari organisasi narasumber saya yaitu Dolphin Project. Kawan-kawan Dolphin Project itu punya hastag #dontbuyaticket yang dimaksud itu ke Dolphin Show dan sirkus-sirkus binatang lain lah. Karena apa yang kita lihat di sirkus tuh ga kaya yang para binatang rasain gitu," paparnya.

Rahadian mengatakan, lewat filmnya ini dirinya juga ingin membantu Dolphin Project untuk mengkampanyekan #dontbuyaticket untuk sirkus-sirkus binatang.

"Jadikan hewan itu bagaimana kita melihat diri kita. Kalau kita ngerasain hal kaya gitu juga bakalan tersakiti, hewan juga sama. Karena mereka juga punya akal, bahkan dikatakan otak lumba-lumba jauh lebih besar dibandingkan otak kita. Ya secara verbal mereka gabisa ngasih tau kita cuman, secara kecerdasan mereka ga jauh beda sama kita," terangnya.

"Mereka juga punya rasa, ga cuman manusia yang punya rasa, bahkan mungkin tumbuhan juga punya rasa. Jadi jangan sakitin hewan, karena kita gapernah tau apa yang mereka rasakan," tandasnya.

Editor : Rizal Fadillah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut