BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Warga Perumahan Istana Regency 1 Pasteur, Bandung mengeluhkan banjir yang terjadi sejak awal musim penghujan pada akhir November lalu. Puncaknya adalah yang terjadi pada Selasa (5/12/2023) petang, ketika banjir masuk hingga ke dalam rumah di kompleks perumahan elit itu, hampir selutut orang dewasa.
Hingga Rabu (6/12) pukul 13.00 WIB, sejumlah warga tampak masih mengeringkan berbagai perabotan rumah yang terendam air. Beberapa pekerja pun terlihat membersihkan jalan-jalan yang kotor akibat sempat tumpahan lumpur.
"Sekitar jam 6 sore kemarin, tiba-tiba air naik. Air di titik terendah kompleks tak bisa mengalir ke luar, karena di sana pun air tinggi. Jadi air naik kembali ke arah atas. Kita yang di Blok E hampir semuanya terkena dampak," ujar warga setempat, Dendi, kepada sejumlah awak media.
Ia khawatir banjir akan terus melanda Blok E, karena merupakan wilayah terendah kompleks. "Sore ini juga kita harus siap-siap karena hujan pun turun. Sepanjang belum ada solusi untuk mengalirkan air ke sungai di belakang kompleks, banjir akan terus terjadi. Atau bisa juga benteng solokan ditinggikan, jadi air terbagi ke sebelah atas," tuturnya.
Politisi Partai Nasdem Edi Setiadi, yang melihat langsung kondisi di Pasteur Regency merasa prihatin atas kondisi ini, dan menyebut ada dugaan perkeliruan dalam perencanaan maupun pelaksanaan proyek di perumahan elit ini. Karena, ada anak sungai yang ditutup lalu dijadikan lahan parkir di Blok F, serta perencanaan dan pembuatan gorong-gorong di Blok E yang mubazir.
"Saya dapat informasi, warga sudah laporkan secara resmi persoalan ini ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Satgas Citarum Harum, namun hingga kini belum ada tim mereka yang turun," kata calon anggota legislatif DPRD Kota Bandung dari Dapil 7 (Sukasari, Sukajadi, Andir dan Cicendo) ini.
Edi menyatakan keheranannya, dengan pelebaran gorong-gorong ini. “Saya heran dengan pelebaran gorong-gorong ini. Kalau diperhatikan, ketinggiannya dengan kompek TNI AU di belakang itu sama, jadi untuk apa dibangun gorong-gorong baru, jika air pun tetap tak mengalir keluar,” sesalnya menjelaskan.
"Ketika gorong-gorong blok E diperlebar, sungai di blok F malah justru ditutup dengan alasan untuk lahan parkir. Ditutupnya jalur sungai di Blok F itu juga tanpa persetujuan warga, Pemkot dan BBWS. Semoga aparat pun bisa turun melakukan pemeriksaan," tandas mantan ASN Pemprov Jabar ini.***
Editor : Ude D Gunadi