BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA - Sembilan hari menjelang pencoblosan, gonjang-ganjing ketatanegaraan kembali. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Senin menjatuhkan sanksi keras dan terakhir kepada Ketua & Anggota KPU RI, dalam proses penerimaan pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden.
Ketika hal ini ditanyakan kepada inisiator relawan Bandung Interactive Hub - Balad Uwa Mahfud (BIM-BUH), Iwan Setiawan, dijawabnya, "Buat apa? Terus mau pada ngapain? Memangnya pencalonan Gibran bisa dibatalkan? Gak mungkin. Rombongan sirkus ini sudah sangat kuat dari awal, berbagai trik dan skenario sudah disiapkan."
"Lagian pemilu tinggal seminggu lagi. Sudah lah 'lahawla' saja, kita masih punya gusti Allah yang Maha Segalanya. Kita jangan putus berdoa untuk keselamatan bagi bangsa ini," ujar Iwan, ketika ditanya wartawan, di Bandung, Selasa (6/2) pagi.
BIH-BUM mengajak masyarakat untuk mengambil sisi positif dari putusan DKPP ini, yaitu memberikan pesan kepada publik, bahwa memang proses pencalonannya adalah by design sejak awal, yg merupakan perpaduan masif antara penguasa dengan para petualang politik, "Mereka adalah mantan-mantan yang kurang kerjaan, yang dulu sangat mengecam, sekarang berbalik memuja. Di kubu itu juga bersarang para sandera hukum, cukong-cukong yang bisnisnya ingin langgeng, barisan pendendam yang jagonya gak jadi nyapres," kata Iwan.
Dijelaskan, semuanya berjamaah dengan satu harapan, yaitu mengadu nasib dan keberuntungan, agar 5 tahun ke depan dapur mereka masih ngebul, syukur-syukur ada program makan siang gratis dan minum susu, yang mungkin hidupnya bisa lebih irit.
"Tapi saya yakin ko, sebenernya bapak-bapak penggede; tu masih punya nurani dan akal sehat, serta masih percaya adanya akhirat kelak. Kecuali yang sudah murtad, misalnya mengubah tata cara shalat pake tahiyat 2 jari, saking fanatiknya," katanya.
Iwan bersyukur, banyak elemen bangsa yang masih punya hati, dan berusaha agar pemilu kali ini benar-benar berjalan demokratis, jujur dan adil, termasuk imbauan dari beberapa perguruan tinggi, yang melibatkan civitas akademika, guru besar dan mahasiswa. Walaupun imbauan inipun tampaknya hanya direspon enteng oleh pihak istana dan bahkan menuduh bahwa gerakan ini adalah gerakan partisan yang memihak.
"Na'udzubillah, pantas saja para guru besar itu marah dan tersinggung. Semoga pak jubir ini diberikan pencerahan kembali bahwa fungsi kampus adalah sebagai pusat peradaban umat manusia," tandas Iwan.***
Editor : Ude D Gunadi