get app
inews
Aa Read Next : KPU RI Sahkan Prabowo-Gibran Sebagai Presiden & Wapres Terpilih Hasil Pilpres 2024

Di Bawah Pimpinan Prabowo, Kerja Sama Indonesia-China Berlanjut dalam Skala Prioritas

Senin, 04 Maret 2024 | 08:26 WIB
header img
Pemerhati Politik Luar Negeri, Rizal Darma Putra. Foto: Tangkapan Layar.

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pemerhati Politik Luar Negeri, Rizal Darma Putra menggambarkan bagaimana geostrategi Indonesia di Asia Pasific dengan kepemimpinan Prabowo Subianto.

Rizal memandang, arah kebijakan Prabowo sudah terlihat jelas saat dirinya menginjak kembali kakinya di Amerika Serikat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) RI.

"Jadi kalau saya lihat dalam hal ini Prabowo saya pikir sejak waktu dia menginjakan kembali kakinya di Amerika Serikat, waktu beliau menjadi Menteri Pertahanan diterima di Pentagon, disitu sudah terlihat bagaimana arus kebijakan Prabowo," ucap Rizal dalam diskusi bertajuk 'Menavigasi Geopolitik Indonesia Pasca Pemilu 2024' yang digelar Komunitas Diskusi Mahasiswa USIK - UNPAR secara daring, Sabtu (2/3/2024).

Rizal menilai, Prabowo masih akan tetap mempererat kerja sama dengan China, namun mungkin dalam skala prioritas.

“Demikian juga dengan Eropa. Eropa dalam hal ini yang menjadi prioritas saya lihat adalah Prancis. Karena Prancis adalah negara yang bisa dianggap secara nilai garda terdepannya dari demokrasi dan lahirnya sistem demokrasi,” ujarnya.

Namun mengenai skala prioritas ini, ketika dua kekuatan besar tersebut tidak bisa dihentikan rivalitasnya, maka Indonesia harus memilih posisinya. Menurutnya Indonesia tidak mungkin bersikap netral.

“Hanya probelumnya adalah pada saat dua kekuatan besar ini kemudian tidak bisa dicegah atau tidak dihentikan rivalitasnya, lalu kemudian bermuara pada satu konflik bersenjata. Itu lah Indonesia akan ditagih untuk bersikap berada pada posisi dimana. Karena tidak mungkin kita ini hanya bersikap netral,” bebernya.

Rizal juga memandang, jika persoalan konflik bersenjata yang paling bahaya bukanlah di wilayah China Selatan atau Natuna.

“Persoalan konflik bersenjata yang paling tinggi menurut saya adalah bukan di wilayah-wilayah China Selatan atau Natuna, itu adalah suatu wilayah yang berpotensi konflik namun konflik hanya terjadi secara parsial dan andaikan terjadi openfire paling sifatnya hanya skala kecil,” ungkapnya.

Menurutnya, konflik bersenjata paling bahaya adalah di Selat Taiwan. Sekarang yang terpilih di Taiwan ini adalah pemerintahan baru yang aspirasinya adalah merdeka penuh dari China. 

“Partai yang sekarang ini, dia punya penerus dengan semangat kemerdekaan diri dari China jadi bukan Partai Kuomintang. Partai Kuomintang lebih relatif koperatif dengan China Darat walaupun mereka pernah berperang saudara,” bebernya.

Oleh karenanya, kata Rizal, situasi itulah yang nantinya mengakibatkan adanya konflik.

Sementara itu, inisiator dan mentor kegiatan Diskusi Mahasiswa USIK Unpar, Lukman Nurhakim mengatakan, ide dasar pemilihan tema diskusi adalah untuk memberikan pemahaman situasi kekinian kepada mahasiswa dalam menilai isu-isu terkait geopolitik Indonesia pascapemerintahan Jokowi nanti, siapapun presiden yang terpilih nanti. 

"Mahasiswa bisa tetap kritis dan mampu melakukan studi komparasi atas berbagai isu dan tantangan posisi kekinian dan akan datang, mengingat posisi Indonesia di tengah pergaulan dan tantangan internasional yang terus berubah sangat strategis," tandasnya..

Editor : Zhafran Pramoedya

Follow Berita iNews Bandungraya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut