get app
inews
Aa Text
Read Next : Heboh Nobar Debat Capres Bareng BAGAMA Jabar dan Warga Bandung

Mengenal Raja Teh Priangan Bosscha, Sang Maneer Pecinta Ilmu Pengetahuan Teknologi

Kamis, 25 April 2024 | 20:15 WIB
header img
Karel Albert Rudolf Bosscha dikenal sebagai pendiri sekaligus pemilik Perkebunan Teh Malabar. Foto: Instagram.

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id -  Karel Albert Rudolf Bosscha dikenal sebagai pendiri sekaligus pemilik Perkebunan Teh Malabar Pangalengan. Ia bahkan dijuluki sebagai Raja Teh Priangan.

Bosscha lahir di Den Haag, Belanda pada 15 Mei 1865. Ia datang ke Hindia Belanda, sebutan Indonesia saat itu, pada 1887 di usia 22 tahun.

Awalnya, Bosscha membantu pekerjaan sang paman, Edward Julius Kerkhoven, yang memiliki perkebunan teh di Sukabumi. 

Pada Agustus 1896, Bosscha mendirikan Perkebunan Teh Malabar dan menjabat sebagai administratur selama 32 tahun.

Selama karir memajukan perkebunannya, perkebunan itu bisa menghasilkan 60 ribu pucuk teh yang 90 persen produknya dipasarkan ke luar negeri. 

Selain itu, Bosscha juga mendirikan dua pabrik teh, yakni Pabrik Teh Malabar yang saat ini dikenal dengan nama Gedung Olahraga Gelora Dinamika dan Pabrik Teh Tanara yang saat ini dikenal dengan nama Pabrik Teh Malabar.

Dari hasil perkebunan inilah, Bosscha turut menyumbang ke berbagai yayasan, termasuk mendanai pembangunan Technisce Hogeschool Bandung (ITB), Societeit Concordia (Gedung Merdeka), Sekolah Luar Biasa Cicendo dan yang paling dikenal luas, Observatorium Peneropongan Bintang Bosscha.

Tak mengherankan, bila sang meneer semasa hidupnya dikenal sebagai pencinta ilmu pengetahuan teknologi dan sosiawan. 

Bosscha juga mendirikan sekolah bernama Vervoloog Malabar. Sekolah ini didirikan untuk anak-anak karyawan dan buruh di perkebunan tehnya bisa belajar secara gratis selama empat tahun. 

Pada masa kemerdekaan Indonesia, nama sekolah diubah menjadi Sekolah Rendah, kemudian berubah lagi menjadi Sekolah Rakyat, hingga kini menjadi Sekolah Dasar Negeri Malabar II. 

Bosscha meninggal pada 26 November 1928 itu. Cerita yang tersebar luas, sang juragan meninggal di pangkuan salah satu pekerjanya.

Bosscha meninggal akibat penyakit tetanus yang dideritanya karena terinfeksi saat terjatuh dari kuda di Gunung Nini.

Karena kecintaannya pada Malabar, dia meminta agar jasadnya disemayamkan di antara pepohonan teh di Perkebunan Teh Malabar yang tidak jauh dari rumahnya yang sekarang dikenal dengan Rumah Bosscha.

Editor : Zhafran Pramoedya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut