BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Ketua Pengurus Wilayah (PW) Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Reza Arfah mengambil formulir pendaftaran bakal calon Wali Kota Bandung 2024 di Kantor DPC Partai Gerindra, Jl. Talaga Bodas, Lengkong, Kota Bandung, Jumat (10/5/2024).
Reza mengatakan, pencalonannya ini atas kesadaran dan harapan bersama para pemuda Kota Bandung yang secara konstitusi memiliki hak untuk mengambil peran dalam struktur eksekutif, yakni pencalonan wali kota Bandung.
"Kerap kali anak-anak muda dibatasi ruang gerak dan berpikirnya, terkhusus dalam kontestasi politik. Bisa dikatakan, anak muda sering diposisikan sebatas menjadi pasar dan alat politik untuk meraup suara saja," ucap Reza.
Dalam pencalonannya ini, kata Reza, dirinya menggagas 'Nyaah ka Bandung'. Dalam bahasa Sunda, nyaah berarti cinta atau sayang yang merupakan fitrah alamiah manusia.
Sebagai putra daerah, Reza mulai memahami posisi penting serta dibutuhkannya sosok anak muda guna tampil dalam kontestasi Pilwalkot Bandung kali ini.
Bagaimana tidak, sebagai anak muda tidak cukup sekedar menyuarakan keresahan dan kegelisahan saja, melainkan sudah saatnya mengambil peran serta menjadi bagian dalam penentu arah kebijakan dan pelaksana arah kebajikan bagi Kota Bandung.
"Untuk itu, saya memberanikan diri, mendaftar pencalonan Wali Kota Bandung tahun 2024. Mari manfaatkan peluang tersebut. Tidak ada lagi waktu. Sekarang atau tidak sama sekali. Bangkit atau terpuruk. Perbaikan atau teraniaya," katanya.
Bagi Reza, Kota Bandung merupakan kota indah nan romantis, banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa, seniman dan budayawan serta maestro dengan karya-karya tidak hanya skala lokal melainkan nasional bahkan mendunia.
Selain itu, Kota Bandung juga banyak memunculkan para pegiat industri kreatif dengan produk-produk berdaya beda, serta tidak jarang menjadi trend center nasional.
Namun dibalik itu semua, Kota Bandung juga memiliki kompleksitas tersendiri. Saat ini jumlah penduduk Kota Bandung mencapai 2,5 juta jiwa dan menjadi kota terpadat kedua setelah Jakarta.
Menurut Reza, hal tersebut beriringan dengan bermasalahnya pengelolaan sampah, banjir, polusi udara dan kemacetan, serta buruknya perencanaan tata ruang kota.
"Semisal daerah resapan air kian habis dijadikan pemukiman, dan tidak jarang merupakan pemukiman elit, sedangkan, kemisikinan dan ketimpangan sosial merupakan hal menyedihkan dan juga hadir di kota ini," terangnya.
"Di waktu yang sama berkurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah, disebabkan permasalahan hukum yang dialami oleh beberapa pejabat Kota Bandung, hal tersebut membuat geram dan melunturkan optimisme masyarakat," tambahnya.
Reza memandang, setiap persoalan yang terjadi bukan disebabkan oleh kurang atau minimnya para ahli dan pakar di bidang tersebut. Tapi ketiadaan integritas pemimpin beserta seluruh unsurnya untuk menyelesaikan dan membenahi setiap persoalan yang terjadi.
"Integritas inilah yang menjadi substansi sekaligus esensi dari gagasan Nyaah ka Bandung," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah